
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman) |
QS. Al-Isra ayat 56:
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Panggillah mereka yang kamu
anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya
darimu dan tidak (pula) mampu mengubahnya.” (QS. Al-Isra ayat 56)
Ayat ini
dimulai dengan perintah kepada Nabi Muhammad untuk menyampaikan seruan dengan
tegas, “Katakanlah...” yang menunjukkan pentingnya sikap yakin dan ketegasan
dalam dakwah. Nabi diperintahkan untuk mengajak manusia agar memanggil atau
memohon pertolongan kepada sesembahan yang mereka anggap sebagai Tuhan selain
Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa dakwah tidak boleh ragu atau lemah, karena di
dalamnya ada kebenaran yang jelas harus disampaikan.
Adapun kata “yang
kamu anggap (tuhan) selain Allah” mengakui bahwa memang ada kelompok manusia
yang menyembah selain Allah SWT, seperti berhala, jin, atau tokoh lain. Namun,
pengakuan ini bukan berarti mengakui kekuatan sesembahan tersebut, melainkan
untuk membuktikan bahwa sesembahan itu hanyalah anggapan manusia tanpa kekuatan
nyata. Ini memperlihatkan realitas kemusyrikan pada masa Nabi Muhammad dan
tantangan yang dihadapinya dalam mengoreksi keyakinan masyarakat.
Salah satu inti
ayat adalah menegaskan bahwa sesembahan selain Allah SWT tidak memiliki
kemampuan untuk menghilangkan bahaya dari manusia. Dalam konteks sosial dan
spiritual, ini menegaskan bahwa berhala atau kekuatan selain Allah SWT tidak
dapat memberi perlindungan, menyelamatkan, atau menghindarkan manusia dari
musibah. Hal ini menegaskan konsep tauhid, yaitu hanya Allah SWT yang Maha
Kuasa dan berhak disembah.
Tidak hanya
tidak mampu menghilangkan bahaya, ayat ini juga menyatakan bahwa sesembahan
tersebut tidak mampu mengubah keadaan apapun. Ini menolak anggapan bahwa
kekuatan lain bisa membawa perubahan positif atau negatif secara independen.
Dengan kata lain, semua perubahan di dunia ini hanya terjadi atas izin dan
kehendak Allah SWT, bukan atas kekuatan makhluk lain yang disembah.
Ayat ini secara
implisit menegaskan konsep tauhid rububiyah, yaitu bahwa hanya Allah SWT yang
memiliki kuasa penuh atas segala sesuatu, termasuk menghilangkan bahaya dan
mengubah keadaan. Dengan menolak kemampuan sesembahan lain, ayat ini
mengukuhkan bahwa hanya Allah SWT satu-satunya yang Maha Kuasa dan Maha
Mengatur segala urusan alam dan manusia.
Akhirnya, ayat
ini adalah pesan dakwah yang mengajak manusia untuk kembali kepada keyakinan
yang benar dengan hanya mengharap dan memohon kepada Allah SWT semata. Ia mengajak
untuk meninggalkan kesesatan menyembah selain Allah SWT yang tidak memberi
manfaat apa pun. Ayat ini juga menjadi peringatan bagi orang-orang musyrik agar
sadar bahwa pengandalan mereka pada selain Allah adalah sia-sia dan tidak
membawa keselamatan. Wallahu al-Musta’an.