
![]() |
Dr. KH. Masyharul Khamis, S.H.,MM (Penceramah 1 Muharram 1447 H di MRB/Ketua Umum PB Al Jam'iyatul Washliyah) |
Tahun
Baru Islam 1447 Hijriah adalah momentum penting bagi umat Islam, tidak sekadar
pergantian kalender, melainkan saat untuk memperbarui semangat perubahan.
Peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah menjadi tonggak sejarah
yang mengajarkan bahwa perubahan besar hanya bisa dicapai dengan pengorbanan,
visi, dan persatuan.
Allah
SWT berfirman: “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah setelah mereka
dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia.
Dan sungguh, pahala di akhirat lebih besar.”(QS. An-Nahl: 41)
Hijrah
bukan hanya perpindahan fisik. Lebih dari itu, hijrah mengandung tiga makna
penting.
Pertama, hijrah
Makaniyah. Berpindah secara fisik demi keselamatan iman, seperti Rasulullah dan
para sahabat.
Kedua, hijrah Qalbiyah.
Hijrah hati, meninggalkan kebiasaan buruk menuju ketakwaan. Rasulullah SAW
bersabda: “Seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang
oleh Allah.” (HR. Bukhari & Muslim).
Ketiga,
hijrah Jihadiyah. Perjuangan menyampaikan dakwah Islam dengan keikhlasan dan
pengorbanan.
Setelah
hijrah, Rasulullah SAW membangun Madinah sebagai pusat peradaban Islam. Beliau
mendirikan masjid sebagai pusat ibadah dan pembinaan umat, mempersaudarakan
Muhajirin dan Anshar sebagai fondasi kekuatan sosial, membangun ekonomi umat
melalui pasar Islam, serta menyusun Piagam Madinah yang menata masyarakat
multikultural dengan prinsip keadilan.
Aceh
sebagi Serambi Makkah, memiliki posisi strategis dalam menjaga marwah Islam di
Nusantara. Namun, tantangan kita hari ini bukan lagi berpindah tempat,
melainkan hijrah dari sikap acuh menjadi peduli, dari perpecahan menuju
persatuan, dari formalitas menuju substansi keislaman. Masjid harus difungsikan
kembali sebagai pusat kegiatan umat, bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga
pusat ilmu, ekonomi, dan silaturahmi.
Dalam
membangun Aceh yang bermartabat dan Islami, ada dua langkah penting:
Pertama, meningkatan
kualitas akidah dan ibadah, dengan menghidupkan masjid dan menguatkan
pendidikan keaga- maan.
Kedua, mendorong
generasi muda mencintai Al-Qur’an, tidak hanya membaca, tapi juga memahami
dan mengamalkan.
Allah
SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah
Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu takut dan janganlah kamu
merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fussilat: 30).
Ayat
ini mengajarkan bahwa keteguhan dalam iman dan amal akan membuahkan kebahagiaan
dan keselamatan di akhirat.
Hijrah
telah membentuk Madinah menjadi kota yang bercahaya “Madinah Al-Mu-nawwarah”.
Kota yang bersinar karena nilai, bukan hanya nama. Kita berharap, dengan
semangat hijrah yang benar, Aceh pun dapat menjadi negeri yang bercahaya,
unggul dalam iman, kuat dalam ekonomi, bersatu dalam ukhuwah, dan adil dalam
kepemimpinan.
Mari
jadikan hijrah bukan hanya ritual tahunan, tetapi semangat harian. Sebab setiap
perubahan ke arah yang lebih baik, sekecil apa pun, adalah bagian dari hijrah
yang hakiki.