Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Hijrah: Merajut Persatuan dalam Membangun Aceh yang Bermartabat dan Islami

    Kamis, 26 Juni 2025, Juni 26, 2025 WIB Last Updated 2025-06-26T09:02:49Z

     

    Dr. KH. Masyharul Khamis, S.H.,MM
    (Penceramah 1 Muharram 1447 H di MRB/Ketua Umum PB Al Jam'iyatul Washliyah)


    Tahun Baru Islam 1447 Hijriah adalah momentum penting bagi umat Islam, tidak sekadar pergantian kalender, melainkan saat untuk memperbarui semangat perubahan. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah menjadi tonggak sejarah yang mengajarkan bahwa perubahan besar hanya bisa dicapai dengan pengorbanan, visi, dan persatuan.

     

    Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan sungguh, pahala di akhirat lebih besar.”(QS. An-Nahl: 41)

     

    Hijrah bukan hanya perpindahan fisik. Lebih dari itu, hijrah mengandung tiga makna penting.

    Pertama, hijrah Makaniyah. Berpindah secara fisik demi keselamatan iman, seperti Rasulullah dan para sahabat.

    Kedua, hijrah Qalbiyah. Hijrah hati, meninggalkan kebiasaan buruk menuju ketakwaan. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari & Muslim).

    Ketiga, hijrah Jihadiyah. Perjuangan menyampaikan dakwah Islam dengan keikhlasan dan pengorbanan.

     

    Setelah hijrah, Rasulullah SAW membangun Madinah sebagai pusat peradaban Islam. Beliau mendirikan masjid sebagai pusat ibadah dan pembinaan umat, mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar sebagai fondasi kekuatan sosial, membangun ekonomi umat melalui pasar Islam, serta menyusun Piagam Madinah yang menata masyarakat multikultural dengan prinsip keadilan.

     

    Aceh sebagi Serambi Makkah, memiliki posisi strategis dalam menjaga marwah Islam di Nusantara. Namun, tantangan kita hari ini bukan lagi berpindah tempat, melainkan hijrah dari sikap acuh menjadi peduli, dari perpecahan menuju persatuan, dari formalitas menuju substansi keislaman. Masjid harus difungsikan kembali sebagai pusat kegiatan umat, bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat ilmu, ekonomi, dan silaturahmi.

     

    Dalam membangun Aceh yang bermartabat dan Islami, ada dua langkah penting:

    Pertama, meningkatan kualitas akidah dan ibadah, dengan menghidupkan masjid dan menguatkan pendidikan keaga- maan.

    Kedua, mendorong generasi muda mencintai Al-Qur’an, tidak hanya membaca, tapi juga memahami dan mengamalkan.

    Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fussilat: 30).

    Ayat ini mengajarkan bahwa keteguhan dalam iman dan amal akan membuahkan kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.

     

    Hijrah telah membentuk Madinah menjadi kota yang bercahaya “Madinah Al-Mu-nawwarah”. Kota yang bersinar karena nilai, bukan hanya nama. Kita berharap, dengan semangat hijrah yang benar, Aceh pun dapat menjadi negeri yang bercahaya, unggul dalam iman, kuat dalam ekonomi, bersatu dalam ukhuwah, dan adil dalam kepemimpinan.

     

    Mari jadikan hijrah bukan hanya ritual tahunan, tetapi semangat harian. Sebab setiap perubahan ke arah yang lebih baik, sekecil apa pun, adalah bagian dari hijrah yang hakiki.

     


    Komentar

    Tampilkan

    • Hijrah: Merajut Persatuan dalam Membangun Aceh yang Bermartabat dan Islami
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”