Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Ibadfah Kurban Dalam Islam

    Jumat, 06 Juni 2025, Juni 06, 2025 WIB Last Updated 2025-06-06T07:34:46Z

     

    Tgk. H. M. Nizar, S.Fil.I
    (Kepala/Penghulu Muda KUA, Kec. Darussalam, Kab. Aceh Besar)


                Secara historisitas ibadah qurban sudah ada sejak Nabi Adam. Menurut M. Quraish Shihab, dalam tafsir al-Misbah, qurban pertama kali yang terjadi di muka bumi ini adalah qurban yang diselenggarakan oleh dua putera Nabi Adam (Habil dan Qabil) kepada Allah (M. Quraish Shihab, 2002: 30). Secara formalistik, ungkap Quraish Shihab, sejarah ibadah qurban bermula dari Nabi Ibrhaim As. Yakni, tatkala ia bermimpi disuruh Tuhan-nya untuk menyembelih Nabi Ismail As, seorang putra yang sangat dicintainya (Q.S Ash-Shaffat, 37: 102- 110). Singkat alkisah, dari persitiwa kenabian Ibrahim inilah ibadah qurban muncul dan menjadi tradisi umat Islam hingga saat ini. Apa makna sosial ibadah qurban?

                Sebetulnya, banyak makna yang dapat dipetik dari ibadah qurban ini, baik secara ruhiyah maupun secara sosial-kemasyarakatan. Secara ruhiyah, ibadah ini bisa menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran ritual dari para pelakunya. Secara sosial-kemasyarakatan, ibadah qurban akan bermakna apabila kerelaan dan keikhlasan orang-orang yang melaksanakan qurban berimbas pada perilaku keseharian dan perhatiannya pada sesama, utamanya kaum miskin dan mustadzafiin.

                Secara esensial, tentu saja, tujuan ibadah qurban bagi umat Islam adalah semata-mata mencari ridla Allah SWT. Ibadah qurban ini dimaksudkan untuk memperkuat dan mempertebal ketaqwaan kepada Allah. Allah akan menilai ibadah ini sebagai wujud ketaqwaan hamba kepada-Nya. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS Al Hajj, 22: 37). Hal ini pulalah yang menjadi sebab tertolaknya qurban salah seorang dari kedua putera Nabi Adam A.S dan diterima-Nya qurban yang lain. Bukanlah suatu nilai yang tinggi dan banyak di mata Allah, qurban yang banyak tetapi tanpa keikhlasan dan ketakwaan orang yang berqurban hal itu sama saja tak ternilai di mata Allah SWT. Kebanyakan kita menilai ibadah qurban, mungkin cenderung melihat sesuatu dari lahirnya yang tampak, padahalAllah melihat sebaliknya yaitu keikhlasan.

                Qurban merupakan ibadah wajib menurut sebagian ulama dan sunnat muakkad menurut ulama yang lain, dengan berqurban pula kita mendidik diri kita dan keluarga untuk meresapi makna pengorbanan sebagaimana Nabiyullah Ibrahim As memberikan contoh pengorbanan secara hakiki, dan penyembelihan hewan qurban adalah salah satu ritual dari makna pengorbanan itu untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah SWT.

                Dalam Islam, risalah qurban merupakan ibadah yang syarat dengan makna. Kisah pengurbanan Nabi Ibrahim As. yang hendak mengurbankan anaknya, Ismail As yang kemudian diganti oleh Allah dengan domba, mengandung pesan bahwa pelaksanaan qurban selayaknya tidak membawa derita bagi manusia. Patut direnungkan bahwa, pelaksanaan ibadah qurban dalam Islam tidak hanya mengandung dimensi ibadah kepada Allah, tapi juga dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan ini nampak pada distribusi daging hewan qurban kepada yang berhak (Q.S.al-Hajj, 22: 36). Karenanya, para ulama ada yang membagi daging qurban menjadi tiga, yaitu: dimakan, diberikan kepada fakir miskin, dan disimpan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Makanlah, simpanlah, dan bersedekahlah." Walaupun demikian, dimensi- dimensi tersebut tidak akan bermakna apa-apa bila tanpa dilandasi dengan refleksi taqwa kepada Allah SWT. Dengan kata lain, aplikasi solidaritas sosial yang diwujudkan melalui qurban harus dilandasi niat yang ikhlas. Bukan niat untuk mencari popularitas, ingin dikenal orang dermawan atau ingin dipikir orang hebat.

                Sesuai dengan asal katanya "Qaruba" yang berarti dekat. Dengan demikian ibadah qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah sekaligus ungkapan syukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan kepada kita. Inilah yang dimaksudkan oleh Allah., s.w.t, dalam Q.S.al-Hajj, 22: 36.

                Bila kita mau dan ingin mengetahui sungguh-sungguh apa saja manfaat dari kurban yaitu Allah telah menjanjikan beberapa keutamaan bagi umat muslim yang menunaikan ibadah kurban, diantaranya: Pertama, dihapuskan dosa dan salahnya. Rasulullah., s.a.w, bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah., s.w.t” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).

                Kedua, hewan kurbannya akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti. Dari Aisyah, Rasulullah., s.a.w, bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk- tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah (sebagai qurban) di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi). Ketiga, orang yang berkurban dicintai Allah. Bersumber dari hadist pada poin tersebut di atas, berkurban termasuk amalan yang dicintai Allah. Itu berarti bahwa setiap hamba yang melaksanakannya akan memperoleh kecintaan dari-Nya.

                Keempat, orang berkurban dikuatkan keimanannya. Dengan berkurban, setiap mukmin dapat mengingat kembali bagaimana kecintaan Nabi Ibrahim dan kesabaran Nabi Ismail dalam memenuhi perintah Allah. Kisah ini dijadikan sebagai teladan bagi mereka untuk memperkuat imannya kepada Allah.

                Kelima, orang berkurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah. Dari Zaid ibn Arqam, mereka berkata: “Wahai Rasulullah., s.a.w, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan” (HR. Ahmad dan ibn Majah).

                Adapun pesan dan pelajaran penting yang dapat dipetik dalam perayaan ibadah kurban? Di setiap merayakan Idhul Adha, sesungguhnya kita diajak berpikir sejenak tapi mendalam maknanya. Utamanya dalam upaya untuk mengenang keteladanan Nabiullah Ibrahim a.s. dan Siti Hajar a.s. ketika ingin mendapatkan hingga melahirkan, mendidik dan mengasuh anak shalih. Putra Nabi Ibrahim yang pada bernama Ismail tersebut pada akhirnya juga menjadi salah satu nabi Allah., s.w.t. Keberhasilan beliau berdua dalam mendidik putranya adalah sebuah pola asuh demokratis dan islami, bukan pola asuh penelantar, permisif maupun otoriter. Pola asuh demokratis ala Nabi Ibrahim As. itulah seperti cermin yang bisa kita jadikan ukuran, contoh dan teladan dalam kehidupan kita.

            Secara terang-terangn, kisah pola asuh demokratis tersebut diungkap dalam al-Qur’an surat As-Saffat, 37: 102: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” dia (Ismail) menjawab, “ wahai ayahku” lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

                Dari sini, tidak ada kelirunya bila kita semua dan segenap umat Islam yang menyembelih hewan qurban pada hari raya qurban, mari berusaha berqurban dengan senang dan ikhlas lillahi ta’ala. Artinya berkurban dengan landasan cinta dan taqwa hanya semat-mata karena Allah.s.w.t. Dalam hal ini, tentu kita berusaha menghindarkan diri dari riya’ dan motivasi yang bisa merusak pahala qurban yang dilakukan. Pasalnya, kita semua diingatkan Allah., s.w.t, agar senantiasa berkurban dengan penuh ikhlas tanpa batas seperti diurai dalam Q.S. Al-Hajj. 22: 37, yang berbunyi: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

                Tidak hanya itu, selain keteladanan keluarga Nabi Ibrahim., a.s, dan sang putera Nabi Ismail dalam hal ketaatannya dan keikhlasannya yang luar biasa dalam menjalankan perintah Allah., s.w.t, dengan menepis berbagai bentuk godaan syaithan, hikmah lain yang bisa dipetik dan diambil pelajaran untuk kita ikuti dalam merayakan setiap hari raya Idul Adha adalah perlunya memupuk semangat untuk memiliki dan membagi.

                Pesan implisit ini terbaca dari dari dua ibadah yang dilaksanakan umat Islam mengiringi perayaan Idhul Adha, yakni menyembelih kurban dan melaksanakan haji bagi muslim yang mampu. Setiap muslim yang ingin menyempurnakan kemuslimannya akan berusaha keras untuk melaksanakan kedua ibadah tersebut. Mengingat salah satu kemampuan yang dibutuhkan adalah dari segi finansial, maka dengan sendirinya keinginan kuat itu harus diwujudkan dengan ikhtiar mengumpulkan sejumlah dana yang diperlukan.

                Islam mengajarkan kita untuk membagi sebagian rizki yang kita terima kepada kerabat, anak yatim dan orang miskin sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Baqarah, 2: 177: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi- nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”

                Secara khusus, perintah berkurban diungkap dalam al-Qur'an yang bisa kita temukan di berbagai surat/ayat, antara lain dalam surat al-Kautsar, 108: 2; surat al-Hajj, 22: 34-35 dan ayat 36; serta surat ash-Shaffat, 37: 102-107. Selain itu, juga dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam berbagai haditsnya yang bisa ditemukan dalam kitab shahih al-Bukhari, Muslim.

                Allah SWT berfirman di dalam surat al-Kautsar, 108: 1-2: ”Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan ber- kurban-lah”. Ayat ini menegaskan kepada kita semua bahwa ibadah kurban merupkan ibadah yang perlu dilakukan selain shalat, utamanya bagi yang mampu.

                Dalam hal ini, kurban seringkali dipahami juga sebagai hewan yang disembelih setelah melaksanakan shalat Idul Adha dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah karena Dia Yang Maha Suci dan Maha Tinggi sebagaimana diungkap dalam al-Qur’an surat al-An’am, 6: 162: “Katakanlah: sesungguhnya shalatku kurbanku hidup dan matiku adalah untuk Allah Rabb semesta alam tidak ada sekutu bagi-Nya.”

                    Bagi seorang muslim, inti hikmah di setiap perayaan Idul Adha yang dapat diambil dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan saat ini hingga akhir hayat nanti adalah marilah berusaha semaksimalnya dalam bertaqwa dengan memupuk semangat memiliki dan membagi dengan penuh keikhlasan. Semangat untuk berbagi antar sesama dengan ikhlas merupakan kunci dan esensi berkorban yang akan menumbuhkan ketentraman, kedamaian dan solidaritas sosial masyarakat dan lainnya.

                    Akhirnya, semoga kita semua selalu diberi kemudahan, kebahagiaan, kekuatan, kesuksesan dalam bersyukur, beriman, bertaqwa kepada Allah., s.w.t, sekaligus kita semua tergolong menjadi orang yang bersemangat untuk berqurban dengan penuh ikhlas lillahi ta’ala, sepanjang hayat masih di kandung badan.

     

    Daftar Pustaka

    Amsari, Fuad. 1995. Islam Kaafah Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Gema Isani Press.

    Abdurrahman dkk. 2011. Al-Qur’an dan Isu-isu Kontemporer, Yogyakarta: elSAQ Press.

    Al-Qattan, Manna Khalil, 2006. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS. Jakarta: PT. Pusataka Litera Antar Nusa.

    Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Boy, Pradana. 2008. Fikih Jalan Tengah: Dialektika Hukum Islam dan Masalah-masalah Masyarakat Modern. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.

    Mustaqim, Abdul. 2003. Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi penafsiran al-Qur’an Periode Klasik Hingga kontemporer. Yogyakarta: Nun Pustaka.

    Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya,

    Jakarta: Departemen Agama.

    Gusmian, Islah. 2003. Khazanah Tafsir Indonesia, dari Hermeneutika hingga Ideologi, Jakarta: Teraju.

    Hidayat, Komaruddin. 1996. Memahami bahasa Agama: Sebuah kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina.

    Izzan, Ahmad, 2011. Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas AlQur’an,

    Bandung: Tafakkur.

    Mustaqim, Abdul dan Syamsudin, Sahiron (ed.), 2011. Epistemologi Tafsir Kontemporer,

    Yogyakarta: LKiS.

                                            , 2002. Studi Al-Qur’an Kontemporer, Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Naim, Ngainun. 2009. Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras.

    Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran. Jakarta: Lentera Hati.

                                          , 1997. Wawasan Al Quran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

    Syafrudin, 2009. Paradigma Tafsir Tekstual & Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wijaya, Aksin. 2009. Arah Baru Studi Ulum Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


    Komentar

    Tampilkan

    • Ibadfah Kurban Dalam Islam
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”