
![]() |
Prof. Dr. Tgk. H. Damanhuri Basyir, M.Ag (Ketua MPU Banda Aceh) |
Segala puji bagi Allah Pencipta
dan Penguasa semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW Penghulu
alam, keluarga, dan para sahabatnya. Amma ba'du.
Di saat Idul Adhha ini yang
mulia ini, ada ada baiknya kita mengingat Kembali tentang tiga potensi Aceh. Pertama, Aceh adalah tanah yang diberkahi Allah SWT,
sebuah wilayah Provinsi yang dikenal
dengan sebutan "Serambi Mekkah" ia tidak lain karena kekonsisnannya dalam tradisinya menjaga dan melestarikan
nilai-nilai Islam. Dengan kekayaan
budaya Islam yang dimilikinya ditambah dengan keadilan pemimpinnya masa itu Aceh
dikenal dan diperhitungkan di kanca dunia.
Kedua,
Aceh pernah memiliki banyak sumber daya manusia (SDM) handal, sebagai misal Di
sini lahir ulama level Internasional: Syekh Abdurrauf al-Singkili, ulama ahli
hukum Islam, penafsir Quran pertama dalam Bahasa Melayu dan ahli ilmu hakikat
berkaliber dunia. Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Nurdin Ar-Raniry dan
Syamsuddin Sumatrani. Banyak pula pahlawan dan mujahid tannguh, yang dengannya
Aceh menjadi modal untuk kemerdekaan Indonesia.
Bahka Banda Aceh dan sekitarnya dikenal sebagai kampunya Syuhada dan
tempatnya wali-wali Allah. Di bumi ini lahir Lakmana perempuan pertama di dunia
Laksamana Keumala Hayati dan juga banyak kaum wanitanya yang menjadi
pahlawan.
Ketiga, Aceh dulu memiliki sumber daya
alam (SDA) yang sangat baik. Dulu pernah
menjadi penghasil kayu kapur dan kayu besi dan lainnya, buminya memiliki kandungan
minyak dan gas, juga logam mulia dan lainnya.
Sebagian besar kekayaan alamnya sudah musnah. Masyarakat Aceh di pedesaan yang dulu bisa
hidup dengan memanfaat potensi alamnya, saat ini tidak lagi bisa berbuat
banyak. Bahkan sebagian hewan seperti monyet sudah monyet menjadi pengemis jalanan,
akibat rusaknya alam habitatnya.
Tiga aspek yang
dibanggakan itu, sudah menjadi kenangan, namun masih bisa dijadikan renungan,
sekaligun menjadi wawasan untuk pembangunan. Hari ini, marilah kita renungkan
bersama tentang pentingnya pembangunan kembali Aceh, baik segi peradabannya, SDAnya
maupun SDMnya. Untuk usaha membangun Aceh
diperlukan adanya persatuan yang kokoh.
Semua komponen masyarakat bahu membahu ambil bagian yang diatur dengan
sebuah sistem menuju pembangunan Aceh bermartabat kesahtera secara material,
juga sejahtera secara spiritual berdasarkan ajaran Islam. Allah SWT berfirman
dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama
Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai."
Ayat Al-Quran ini
mengajarkan kita bahwa persatuan dalam kerangka ketaatan kepada Allah dan
persatuan dengan semua komponen anak bangsa, adalah fondasi utama dalam
membangun. Sebagaiperingatan perlu juga kita ingat bangaimana Suku Aus
dan Khazraj di Madianah, 120 tahun lamanya dalam perpecahan dan malah
persengketaan. Kedua suku itu adalah
satu nenek monyangnya. Masing-masing mengatakan
sukunya yang hebat, suku lainnya tidak bisa, sukunya yang paling layak menjadi
pemimpin, akibatnya SDM yang dimiliki bukan lagi tampil untuk membangun
Madinah, tetapi menghabiskan energi dalam pertikaian. Dengan takdir Allah datanglah pimpinan ulung,
yaitu Nabi Muhammad lalu kedua suku itu
tunduk dalam sebuah sistem Islam di bawah komando Rasulullah Muhammad SAW. Itulah Madinah hari ini, kota yang sangat
Makmur, menjadi kota maju, kota pusat peradaban dunia. Bahkan menjadi objek wisata dunia.
Jamaah yang mulia, Sejarah Aceh telah
membuktikan bahwa ketika masyarakat Aceh bersatu, tidak ada kekuatan yang mampu
mengalahkannya. Dari masa Kesultanan Aceh Darussalam misalnya di bawah pimpinan
Sultan Iskandar Muda, Sultan adil yang menjalankan hukum tanpa pandang buluh, hingga
anak kandungnya sendiri yang berbuat mesum dihukum mati di tangannya. Persatuan dan keadilan pemimpin adalah langkah
sukses dalam melawan dan mengusir kaum penjajah dari Aceh. Persatuan adalah
kunci dan energi kekuatan Aceh. Rasulullah
SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:
"المؤمن للمؤمن
كالبنيان يشد
بعضه بعضا"
Artinya: "Orang mukmin dengan mukmin yang
lain seperti bangunan yang saling menguatkan."
Hadis ini menunjukkan
bahwa sebagai sesama muslim, kita harus saling menguatkan dalam berbuat kebaikan
dan pembangunan. Bahkan termasuk dalam membela Palestina yang saat ini dalam
penjajahan Zionis Israel. Kita berdoa: “Semoga kemerdekaan Palestina
benar-benar terwujud”. Amin…
Pembangunan yang Islami adalah pembangunan
yang sejati, bukan hanya pembangunan fisik semata. Islam mengajarkan konsep
pembangunan yang holistik, meliputi: (Pertama), Pembangunan Spiritual,
dengan memperkuat iman dan takwa melalui pendidikan yang berkualitas. Pokok pangkalnya pembangunan bidang pendidikan
sains dan tehnologi berbasis Islam. Ilmuan atau sarjananya idealnya mulia di depan
manusia, juga mulia di depan Allah.
Menjauhi pendidikan yang curang, yang berakibat tambah banyak sarjana hukum
tambah sulit mendapatkan keadilan. Tambah
banyak sarjana bidang, susahnya mendapatkan pelayanan. Tambah banyak Sarjana
Agama tambah banyak perbedaan paham. Kekurangan pangan di tengah banyaknya lahir
sarjana bidang pertanian.
(kedua), Pembangunan
Ekonomi yang Berkah tanpa riba, mengembangkan ekonomi berbasis nilai-nilai
Islam seperti kejujuran, keadilan, dan menghindari sistem riba serta menjauhi praktik-praktik
yang diharamkan, seperti penipuan, praktik monopoli dan tengkulak. Hendaknya diatur dengan sebuah sistem dan
regulagi yang adil dan mengntungkan banyak pihak. Ingatlah, salah satu penyebab
jatuhnya kejayaan Islam tempo adulu adalah karena ketidak adilan pejabat istan,
anak pejabat yang asyik dengan pangkat dan harta.
(Ketiga), Pembangunan
bidang Sosial. Bahwa pembangunan bidang sosial sangat penting dalam
setiap kegiatan pembangunan. Di Jepang
setiap pembangunan pengkajiannya
sampai 9 tahun, sehingga pembangunan itu benar-benar
sudah dipertimbangkan secara matang. Di
sisi lainnya pembangunan seimbang dengan menciptakan masyarakat yang peduli sesama,
di mana yang kaya membantu yang miskin, sebagaimana perintah Allah dalam zakat,
infaq, dan shadaqah. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 267:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَنفِقُوا
مِن طَيِّبَاتِ
مَا كَسَبْتُمْ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik."
Pembangunan
yang dilaksanakan dengan: 1. Prinsip Tauhid, segala
aspek pembangunan harus berlandaskan
pada keesaan Allah SWT. Dalam makna pengamanan tidak hanya dipahami pengamanan
fisik yang banyak membutuhkan banyak biaya dan tenaga, tapi jauh lebih hebat pembangunan
mental tauhid, pemahaman tentang pengawasan berbasis ghaib, umat takut melakukan
kejahatan karena yakin Allah mengawasi. 2. Prinsip (Tawazun) Keseimbangan
Tawazun (keseimbangan), Pendidikan Islami mengutamakan keseimbangan
antara: Jasmani dan rohani, akal dan hati, individu dan sosial juga dunia dan
akhirat. 3. Prinsip Syumul (Menyeluruh),
Mencakup seluruh aspek kehidupan manusia: spiritual, intelektual,
emosional, fisik, dan sosial. 4. Prinsip Fleksibilitas, Mampu
beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai fundamental
Islam. 5. Prinsip Kontinuitas, Pendidikan berlangsung sepanjang hayat,
dari lahir hingga meninggal dunia.
Kebijakan pembangunan hendaknya
berwawasan: 1. Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama dalam menentukan
tujuan, isi, dan metode pendidikan. 2. Integratif, Mengintegrasikan ilmu
pengetahuan umum dengan nilai-nilai keislaman tanpa memisahkan keduanya. 3.
Holistik, Mengembangkan seluruh potensi manusia secara seimbang dan
komprehensif. 4. Berorientasi pada Akhlak, Menekankan pembentukan
karakter dan moral yang mulia sebagai prioritas utama. 5. Universal, Berlaku
untuk semua manusia tanpa membedakan ras, suku, atau status sosial.
Pembangunan Aceh, bukan hanya kecukupan materi, tetapi juga
ketenangan, kedamaian jiwa dan keberkahan hidup. Pembangunan dengan
memanfaatkan dan melestarikan potensi yang dimiliki. Semua potensi ini hanya dapat dioptimalkan
jika kita bersatu dan bekerja sama sesuai dengan setiap bidang yang ada. Tidak hanya mengandalkan petugas lapangan,
tetapi lebih penting lagi menanamkan tauhid, sehingga umat tahut berbuat dosa
dan kesalahan.
Wahai manusia, Bahwanya bumi selalu berputar, zaman itu bertukar, musim pun berganti,
detik-detik jam terus berjalan tanpa henti. Tambah jauh perjalananmu, bertambah
dekat titik finismu.
Di
penghujung khutbah ini khatib mengutip nasehat syekh Abdurrauf As-Singkili
(Tgk. Syiah Kuala):
u Kata
bumi: Hai manusia, hari ini kamu berjalan-jalan di atasku, besok lusa kamu akan
masuk ke dalamku.
u Hai
manusia: Kamu dapat melakukan apa saja di atasku, besok kamu akan diminta
pertanggung jawaban di dalamku.
u Hai
manusia, kamu dapat makan apa saja di atasku, besok kamu akan dimakan oleh ulat
di dalamku.
u Hai
manusia, aku adalah rumah masa depanmu, sangat sempit, juga sangat sepi dan sangat
gelap gulita. Maka luaskanlah, ramaikanlah dan sinarilah rumah itu dengan amalmu
di dunia.
Semoga
khutbah ini ada manfaatnya, amin.