
Tgk. H. Jamhuri Ramli, S.Q.,MA (Imam Masjid Raya Baiturrahman) |
Hari Raya Idul Adha yang kita peringati tiap tahun, adalah momen yang membawa makna spiritual yang mendalam, sehingga umat Islam di seluruh dunia mendapatkan limpahan keberkahan dan kebahagiaan yang luar biasa. Meski, pada akar sejarahnya, diselimuti kesedihan dari proses pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail, dimana Allah Swt menguji keimanan dan kesetiaan nabi Ibrahim lewat mimpi untuk menyembelih Ismail anak yang paling di cintainya. Kisah Nabi Ibrahim yang siap untuk mengorbankan putranya, Ismail, atas perintah Allah, menunjukkan tingkat kepatuhan dan keimanan yang luar biasa. Meskipun pada akhirnya Allah Swt menggantinya dengan seekor domba, peristiwa tersebut menegaskan kewajiban untuk mentaati dan mencintai Allah Swt melebihi cintanya kepada dirinya, anaknya dan apapun dari dunia ini bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Hari Raya Kurban yang juga dikenal sebagai Hari Raya Haji ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi sebuah momen yang mengajarkan nilai-nilai spiritual yang tercermin dalam kesiapan seseorang untuk mengorbankan yang dicintainya demi menaati perintah-Nya bukan hanya tentang pengorbanan hewan, tetapi juga tentang pengorbanan diri untuk kebaikan sesama sebagai jalan untuk meraih nilai Taqwa disisi Allah Swt . Sebagaimana Firman Allah dalam Surah Al Hajj ayat 37 yang artinya : (Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya, QS Al-Hajj: 37).
Selain itu, semangat pengorbanan dalam ibadah kurban juga dapat diartikan sebagai simbol perjuangan untuk mengatasi egoisme dan keserakahan dalam diri. Ketika seseorang rela mengorbankan bagian dari harta yang dimiliki untuk orang lain, itu adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai kKemanusiaan masih kuat di dalamnya. Dalam konteks ini, Idul Adha mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya diperoleh dari kesenangan materi, tetapi juga dari kepuasan batin yang timbul dari rasa kasih sayang dan kedermawanan kepada sesama.
Dengan semangat spiritualitas, perayaan Hari Raya Idul Adha menyadarkan kita akan arti kehidupan yang lebih bermakna. Dalam berbagai aspeknya, ibadah kurban memberikan pelajaran berharga tentang keteguhan hati, rasa syukur, dan tanggung jawab sosial. la juga mengajarkan kitauntuk selalu bersikap rendah hati dalam menghadapi kesulitan hidup, serta menumbuhkan semangat untuk saling memperkuat silaturrahim dan ukhuwah persaudaraan.
Ibadah kurban mengajarkan kita untuk tidak hanya memperhatikan kebutuhan pribadi, tetapi juga kebutuhan orang lain di sekitar kita. Ketika seseorang memilih untuk berkurban, ia mengorbankan sebagian dari harta yang dimilikinya untuk diberikan kepada yang lebih membutuhkan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya berbagi rezeki dan menjalin kepedulian sosial dalam masyarakat. Dalam konteks ini, Idul Adha tidak hanya menjadi momen untuk merayakan kebesaran Allah, tetapi juga untuk merenungkan bagaimana kita dapat berkontribusi lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan umat Islam. Idul Adha bukanlah sekadar hari raya yang diwarnai oleh tradisi dan kebiasaan belaka,tetapi lebih dari itu, ia adalah cerminan dari kekuatan spiritualitas dalam agama Islam. Dengan merayakan Idul Adha, kita menghormati warisan spiritual yang diberikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, serta meneguhkan komitmen untuk mengikuti jejak keteladanan mereka dalam menjalani kehidupan ini dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
lbadah kurban yang menjadi inti dari Idul Adha sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist Hasan, riwayat al-Tirmidzi yang Artinya : "Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari. Kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-pulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya. Oleh karena itu, Kita semua perlu merefleksikan, bahwa Idul Adha adalah momentum berharga untuk merayakan nilai-nilai ibadah kurban yang mengajarkan tentang pengorbanan, kepatuhan, empati, dan cinta kasih. Semangat spiritualitas yang tercermin dalam ibadah ini mengajak kita untuk terus meningkatkan kualitas kehidupan spiritual dan sosial kita, serta menjaga kebersamaan dan persatuan umat manusia di tengah dinamika perubahan zaman.
Dengan demikian, mari kita wujudkan warisan spiritual nabi Ibrahim dengan hati yang lapang dan semangat yang membara untuk berkorban: menundukkan hawa nafsu, menyingkirkan emosi, egoisme, nafsu amarah, keserakahan hingga sifat tamak dan rakus akan harta dan haus kekuasaan. Momentum Idul Adha, sebagai landasan untuk menjadi pribadi yang lebih mengedepankan moral yang baik dan jiwa yang tenang serta siap berkhidmah melayani masyarakat dengan mengorbankan kepentingan dirinya untuk kemashlahatan umat manusia dan sebagai sarana beribadah kepada Allah. Inilah puncak dari spiritualitas: berkhidmah dan melayani kemanusiaan.