
![]() |
Tgk. H. Azhari Bin Abdul Latif (Abati Seulimum) (Ketua Majelis Tuha Peuet Wali Nanggroe Aceh) |
اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ
أَمَرَنَا بِالْاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، وَهُوَ الَّذِيْ أَدَّبَ نَبِيَّهُ
مُحَمَّدًا ﷺ
فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أما بعد
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat, hafidhakumullâh.
Pada kesempatan yang mulia ini, yaitu di saat kita
diberikan anugerah oleh Allah subhanahu wa ta’ala dapat menjalankan
ibadah shalat Jumat, khatib berwasiat kepada pribadi kami sendiri dan juga
kepada para hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan takwa kita
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan selalu berusaha melaksanakan
perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangannya. Semoga ketakwaan
kita akan selalu terbawa sehingga dapat menghantarkan kita kelak saat dipanggil
Allah dalam keadaan mati husnul khatimah, âmîn yâ rabbal ‘âlamîn.
Ma’asyiral muslimin.
Persatuan adalah kunci sebuah keberhasilan. Sebuah keluarga
yang bersatu akan mampu menciptakan lingkungan keluarga yang damai dan
tenteram, sebuah organisasi yang bersatu akan mampu merealisasikan visi dan
misinya dengan maksimal, demikian pula sebuah bangsa yang bersatu akan mampu
menciptakan masyarakat yang kondusif dan hidup dengan rukun. Oleh sebab itu
Allah swt berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ
عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3]: 103).
Berkaitan dengan pentingnya menjaga persatuan, dalam satu
hadits Nabi diriwayatkan,
وَعَنْ أنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليهِ وسلم: لاَتَقَا طَعُوا وَلاَتَدَا بَرُوا
وَلَاتَبَا غَضُوا وَلاَتَحَا سَدُوا، وَكُونُواعِبَادَ اللهِ إخْوَانًا ،
وَلاَيَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya, “Dari Anas ra, dia berkata, ‘Rasulullah saw
bersabda, ‘Jangan putus-memutus hubungan, jangan belakang-membelakangi, jangan
benci-membenci, dan jangan hasud menghasud. Jadilah kamu hamba Allah sebagai
saudara, dan tidak dihalalkan bagi seorang Muslim mendiami saudara sesama
Muslimnya lebih dari tiga hari.’” (Muttafaqun ‘alaih)
Ma’asyiral muslimin.
Untuk mewujudkan persatuan dalam masyarakat, kita perlu
melakukan upaya-upaya sosial yang harus ditanamkan dalam keseharian kita.
Diantaranya adalah mampu menjaga perasaan dengan orang-orang di sekitar kita,
baik dengan sesama anggota keluarga, tetangga, kolega, dan semua orang yang
kita temui. Dalam satu hadits Nabi diriwayatkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ
تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى
بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً. الْمُسْلِمُ أَخُو
الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ
Artinya, “Dari Abu Hurairah, dia berkata, ‘Rasulullah saw
bersabda, ‘Kamu sekalian, satu sama lain janganlah saling mendengki, saling
menipu, saling membenci, saling menjauhi, dan janganlah membeli barang yang
sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba hamba Allah yang
bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka tidak
boleh menzaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya.’” (HR
Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa sebagai sesama Muslim kita
dituntut untuk saling menjaga perasaan sama lain. Tidak iri jika ada saudaranya
memperoleh nikmat, tidak mudah terprovokasi satu sama lain, tidak merendahkan
saudara Muslim yang memiliki keterbatasan, dan sebagainya.
Ma’asyiral muslimin.
Upaya untuk menjaga persatuan berikutnya adalah menjalin
kepekaan sosial. Hal ini bisa dilakukan dengan saling memahami satu sama lain.
Contoh-contoh yang bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
menjenguk saudara Muslim yang sakit, meminjaminya ketika sedang butuh, berbagi
makanan jika kita memiliki makanan berlebih, dan sebagainya. Rasulullah sendiri
mengibaratkan antara satu Muslim dengan Muslim yang lainnya bagaikan anggota
badan dalam satu tubuh. Beliau bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya, “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai,
saling menyayangi dan bahu membahu, bagaikan satu tubuh. Jika salah satu
anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan
sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Muslim).
Upaya yang bisa kita lakukan selanjutnya adalah saling
memaafkan. Sebagai manusia biasa, tentu kita tidak luput dari salah dan dosa,
sebab itu kita dianjurkan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Dengan
membiasakan diri untuk memaafkan orang lain, semua orang pun akan merasa nyaman
dengan keberadaan kita. Rasulullah saw bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَينِ يَلْتَقِيَانِ
فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أنْ يَفْتَرِقَا
Artinya “Setiap dua orang Muslim bertemu dan berjabat tangan,
niscaya dosa keduanya diampuni sebelum mereka berpisah.” (HR Abu Dawud).
Demikianlah khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan.
Semoga kita bisa selalu menjadi umat Muslim yang mampu menjaga kerukunan. Baik
dalam lingkungan keluarga, pertemanan, hingga dalam berbangsa dan bernegara.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ