
![]() |
Prof. Dr. Tgk. H. Salman Abdul Muthalib, Lc.,M.Ag (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry) |
Menyeru kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran sering disebut dengan istilah amar makruf dan nahi mungkar,
ini merupakan salah satu persoalan penting yang harus selalu dibicarakan,
bahkan wajib diamalkan dalam keseharian. Salah satu ajaran yang telah
ditetapkan dalam Islam, termuat dalam banyak ayat dan tercatat dalam
hadis-hadis Nabi.
Amar makruf nahi mungkar menginginkan
agar kita semua harus saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, saling
menasehati untuk menjauhi kemaksiatan dan kemurkaan, sehingga semua kita akan terhindar
dari perilaku-perilaku yang dilarang Tuhan. Tujuan ajaran ini adalah
memperbaiki perilaku muslim dalam keseharian, menggiring mereka ke dalam
kebaikan dan mengarahkan mereka ke situasi terciptanya kemaslahatan bagi
masyarakat dan kedamaian dalam sebuah negeri. Akhirnya semua muslim akan selalu
menerapkan syariat agama Allah dan konsiten dalam ajaran-ajaran Islam.
Begitu pentingnya persoalan
ini dibicarakan, sehingga Allah menegaskan kedudukan ajaran amar makruf dan
nahi mungkar ini sangatlah tinggi, sampai-sampai dalam beberapa ayat Allah
mendahulukan penyebutan amar makruf ini lebih duluan dari pada iman, padahal
iman itu sendiri sebagai dasar agama dan asas Islam. Sebagaimana disebutkan
dalam surat Ali Imran ayat 110.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kalian adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Perintah
untuk amar makruf nahi munkar ini juga ditegaskan dalam surat Ali Imran ayat
104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ.
وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
(berbuat) makruf dan mencegah dari kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.”
Hal ini
menunjukkan pentingnya persoalan ini, lebih-lebih lagi di zaman sekarang,
dimana kemaksiatan, kejahatan terjadi dimana-mana tanpa batas waktu,
kemaksiatan, kejahatan terbaca oleh kita di setiap saat, tapi tidak ada yang
mampu membendung kejahatan-kejahatan tersebut secara total.
Keluarga
sebagai bagian kecil dari masyarakat telah diamanahkan untuk membentuk
anggotanya menjadi orang yang saleh, baik, taat, menghargai orang lain. Lembaga
pendidikan dengan ragam kurikulum yang dirancang, tidak hanya sekedar
pengembangan pengetahuan, tetapi juga terdapat di sana pembentukan moral dan
akhlak, juga telah dijalankan. Para mubalig, penceramah dengan segenap usaha
telah mengajak umat untuk selalu berbuat baik dan menjauhi kejahatan, bahkan
neraga dengan berbagai peraturan, apa lagi di Aceh, telah mengajak umat untuk selalu taat kepada
Allah, menjunjung tinggi hak-hak orang lain, tidak menyakit orang lain dengan
berbagai aturan yang dilahirkan.
Tetapi
kenyataannya, seolah-olah keluarga, lembaga pendidikan, para penceramah bahkan
negara telah gagal mengayomi masyarakat muslim untuk berperilaku layaknya
ajaran Islam. Muslim sejatinya mewujudkan semua ajaran Islam dalam segala sisi
kehidupan.
Meskipun
demikian, kita tidak perlu gundah dan khawatir, karena kita diamanahkan untuk
melakukan sesuatu, menyampaikan sesuatu yang baik kepada orang lain, yang
terpenting bagi kita tetap harus berusaha untuk saling nasehat menasehati
sesama kita, meskipun hasilnya tidak maksimal, sebagaimana dalam ungkapan
sering disebutkan:
علينا السعي و ليس علينا ادراك النجاح
“Kita
wajib berusaha, sedangkan hasilnya bukan tanggung jawab kita.”
Karena
itu, tanpa batas dan pantang menyerah, setiap saat kita harus selalu melakukan
amar makruf dan nahi mungkar, sesuai dengan kapasitas kita masing- masing,
terutama kita mulai dari keluarga kita, sahabat karib, teman satu kantor dan
sebagainya.
Dalam
hadis Nabi, banyak pelajaran yang dapat kita ambil terkait persoalan amar
makruf dan nahi mungkar. Kita diperintahkan untuik selalu mengajak kepada
kebaikan dan menjauhi kejahatan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده . فإن لم يستطع
فبلسانه . ومن لم يستطع فبقلبه . وذلك أضعف الإيمان
“Barangsiapa melihat
kemungkaran, hendaknya ia mencegah dengan kekuasaannya, kalau tidak sanggup,
dengan lisannya, kalau juga tidak mampu, dengan hatinya, itulah selemah-lemah
iman.”
Di samping itu, dalam mewujudkan masyarakat yang baik,
kita tidak hanya menyuruh orang lain untuk berbuat baik, tetapi kita sendiri
harus menjadi pelopor. Dalam sebuah hadis ditegaskan bahwa seseorang disiksa
dalam neraka karena dia selalu mengajak orang lain berbuat baik, tetapi dia
sendiri tidak melakukannya, sebaliknya dia melarang orang lain berbuat maksiat,
dan dia sendiri melakukannya.
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال قُوْلُ يُجَاءُ
بِرَجُلٍ فَيُطْرَحُ فِى النَّارِ فَيَطْحَنُ فِيْهَا كَطَحْنِ اْلحِمَارِ
بِرَحَاهُ فَيَطِيْفُ بِهِ اَهْلُ النَّارِ فَيَقُوْلُوْنَ أَيْ فُلَانٌ اَلَسْتَ
كُنْتَ تَأْمُرُ بِاْلمَعْرُوْفِ وَتَنْهَي عَنِ اْلمُنْكَرِ فَيَقُوْلُ اِنِّى
آمِرٌ بِاْلمَعْرُوْفِ وَلَا أَفْعَلُهُ وَاَنْهَى عَنِ اْلمُنْكَرِ وَأَفْعَلُهُ "
“Suatu saat nanti ada seorang laki-laki yang didatangkan dan kemudian
dilemparkan ke dalam api neraka. Di dalamnya ia berputar-putar seperti keledai
yang berputar-putar mengelilingi mesin giling tepung, maka berkumpullah
penghuni neraka mengelilingi dan bertanya: "Hai Fulan!, Bukankah engkau
adalah yang dulu memerintah untuk berbuat makruf dan mencegah dari kemungkaran?
Ia menjawab, "Ya, dulunya aku adalah yang menyuruh berbuat makruf tapi aku
sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah kemungkaran, namun aku sendiri
melakukannya.”(HR. Bukhari)
Untuk
kebersaman kita dalam melaksanakan amar makruf nahi mungkar, semua komponen
harus memiliki visi yang sama, memberantas kejahatan dan kemaksiatan, tentunya
dengan cara-cara yang dapat diterima, bukan dengan cara yang bahkan akan
memperkeruh suasana. Sebagaimana ditegaskan dalam Alquran:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
"Serulah
(manusia) ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik dan berdebat
dengan cara yang baik.”
Jika kita semua mengabaikan ajaran amar makruf nahi
mungkar ini, maka pada saat itu juga Allah tidak akan peduli terhadap kondisi
kita. Dalam hadis Nabi dijelaskan bahwa Allah akan mengancam orang-orang yang
tidak lagi melakukan amar makruf nahi mungkar dengan kiriman siksaan dan tidak
akan diterimanya doa-doa yang dipinta kepadaNya.
قَالَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ
بِاْلمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ اَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ اَنْ
يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
"Nabi
bersabda: "Demi Zat yang diriku ada dalam genggaman kekuasan-Nya, sungguh
hendaklah kalian memerintahkan yang makruf dan melarang kemungkaran atau
sungguh Allah mempercepat kiriman siksaan terhadap kalian kemudian kalian
memohon kepada-Nya, maka tidak diterima doa kalian".
Dalam
hadis ini ditegaskan bahwa manusia diberi pilihan untuk melaksanakan amar makruf
nahi munkar atau datangnya azab siksaan dengan segera. Dari pernyataan ini
dapat dipahami bahwa, membiarkan kemunkaran akan mengakibatkan datangnya azab dan
siksaan di dunia maupun di akhirat.
Amar makruf
nahi munkar dapat menghindarkan umat manusia tertimpa bencana dan malapetaka.
Al-Qur'an menggambarkan bahwa siksa dan azab dapat datang hanya kerena sebagian
orang yang melakukan kemungkaran. Ironisnya lagi, siksaan dan azab itu
menyerang bukan hanya kepada pelakunya, melainkan kepada seluruh umat manusia
(orang-orang yang ada di sekelilingnya). Firman Allah dalam QS. al-Anfal: 25.
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ
ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim
di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”
Ayat di
atas menegaskan bahwa membiarkan kemungkaran sama dengan saja dengan membiarkan
kazaliman merajalela. Dan dari setiap kezaliman yang ada mengakibatkan datangnya
siksaan bagi pelakunya dan orang-orang di sekitarnya.
Semoga
kita termasuk orang-orang yang digambarkan Rasulullah sebagai orang yang selalu berada dalam kebenaran:
لا تزال
طائفة من أمتي ظاهرين علي الحق لا يضرهم من خالفهم
“Senantiasa
tetap ada suatu kelompok dari umatku yang selalu berada dalam kebenaran, mereka
tidak pernah terpengaruh oleh orang lain yang berbeda pandangan dengan mereka.”
Demikian
khutbah jumat ini kami sampaikan, semoga semua kita dapat mengambil peran dalam
mengajak umat untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah perilaku-perilaku yang
menyimpang dari ajaran agama.