Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Membangun Masyarakat Madani Melalui Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar

    Kamis, 19 Juni 2025, Juni 19, 2025 WIB Last Updated 2025-06-20T06:06:16Z

     

    Prof. Dr. Tgk. H. Salman Abdul Muthalib, Lc.,M.Ag
    (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry)

    Menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran sering disebut dengan istilah amar makruf dan nahi mungkar, ini merupakan salah satu persoalan penting yang harus selalu dibicarakan, bahkan wajib diamalkan dalam keseharian. Salah satu ajaran yang telah ditetapkan dalam Islam, termuat dalam banyak ayat dan tercatat dalam hadis-hadis Nabi. 

    Amar makruf nahi mungkar menginginkan agar kita semua harus saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, saling menasehati untuk menjauhi kemaksiatan dan kemurkaan, sehingga semua kita akan terhindar dari perilaku-perilaku yang dilarang Tuhan. Tujuan ajaran ini adalah memperbaiki perilaku muslim dalam keseharian, menggiring mereka ke dalam kebaikan dan mengarahkan mereka ke situasi terciptanya kemaslahatan bagi masyarakat dan kedamaian dalam sebuah negeri. Akhirnya semua muslim akan selalu menerapkan syariat agama Allah dan konsiten dalam ajaran-ajaran Islam.

    Begitu pentingnya persoalan ini dibicarakan, sehingga Allah menegaskan kedudukan ajaran amar makruf dan nahi mungkar ini sangatlah tinggi, sampai-sampai dalam beberapa ayat Allah mendahulukan penyebutan amar makruf ini lebih duluan dari pada iman, padahal iman itu sendiri sebagai dasar agama dan asas Islam. Sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 110.

    كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

    “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

    Perintah untuk amar makruf nahi munkar ini juga ditegaskan dalam surat Ali Imran ayat 104:

    وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ. وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

    “Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) makruf dan mencegah dari kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

    Hal ini menunjukkan pentingnya persoalan ini, lebih-lebih lagi di zaman sekarang, dimana kemaksiatan, kejahatan terjadi dimana-mana tanpa batas waktu, kemaksiatan, kejahatan terbaca oleh kita di setiap saat, tapi tidak ada yang mampu membendung kejahatan-kejahatan tersebut secara total.

    Keluarga sebagai bagian kecil dari masyarakat telah diamanahkan untuk membentuk anggotanya menjadi orang yang saleh, baik, taat, menghargai orang lain. Lembaga pendidikan dengan ragam kurikulum yang dirancang, tidak hanya sekedar pengembangan pengetahuan, tetapi juga terdapat di sana pembentukan moral dan akhlak, juga telah dijalankan. Para mubalig, penceramah dengan segenap usaha telah mengajak umat untuk selalu berbuat baik dan menjauhi kejahatan, bahkan neraga dengan berbagai peraturan, apa lagi di Aceh,  telah mengajak umat untuk selalu taat kepada Allah, menjunjung tinggi hak-hak orang lain, tidak menyakit orang lain dengan berbagai aturan yang dilahirkan.

    Tetapi kenyataannya, seolah-olah keluarga, lembaga pendidikan, para penceramah bahkan negara telah gagal mengayomi masyarakat muslim untuk berperilaku layaknya ajaran Islam. Muslim sejatinya mewujudkan semua ajaran Islam dalam segala sisi kehidupan.

    Meskipun demikian, kita tidak perlu gundah dan khawatir, karena kita diamanahkan untuk melakukan sesuatu, menyampaikan sesuatu yang baik kepada orang lain, yang terpenting bagi kita tetap harus berusaha untuk saling nasehat menasehati sesama kita, meskipun hasilnya tidak maksimal, sebagaimana dalam ungkapan sering disebutkan:

    علينا السعي و ليس علينا ادراك النجاح

     

    “Kita wajib berusaha, sedangkan hasilnya bukan tanggung jawab kita.”

    Karena itu, tanpa batas dan pantang menyerah, setiap saat kita harus selalu melakukan amar makruf dan nahi mungkar, sesuai dengan kapasitas kita masing- masing, terutama kita mulai dari keluarga kita, sahabat karib, teman satu kantor dan sebagainya.

    Dalam hadis Nabi, banyak pelajaran yang dapat kita ambil terkait persoalan amar makruf dan nahi mungkar. Kita diperintahkan untuik selalu mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kejahatan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki

     

      من رأى منكم منكرا فليغيره بيده . فإن لم يستطع فبلسانه . ومن لم يستطع فبقلبه . وذلك أضعف الإيمان

    “Barangsiapa melihat kemungkaran, hendaknya ia mencegah dengan kekuasaannya, kalau tidak sanggup, dengan lisannya, kalau juga tidak mampu, dengan hatinya, itulah selemah-lemah iman.”

    Di samping itu, dalam mewujudkan masyarakat yang baik, kita tidak hanya menyuruh orang lain untuk berbuat baik, tetapi kita sendiri harus menjadi pelopor. Dalam sebuah hadis ditegaskan bahwa seseorang disiksa dalam neraka karena dia selalu mengajak orang lain berbuat baik, tetapi dia sendiri tidak melakukannya, sebaliknya dia melarang orang lain berbuat maksiat, dan dia sendiri melakukannya.

     

    أن النبي صلى الله عليه وسلم قال قُوْلُ يُجَاءُ بِرَجُلٍ فَيُطْرَحُ فِى النَّارِ فَيَطْحَنُ فِيْهَا كَطَحْنِ اْلحِمَارِ بِرَحَاهُ فَيَطِيْفُ بِهِ اَهْلُ النَّارِ فَيَقُوْلُوْنَ أَيْ فُلَانٌ اَلَسْتَ كُنْتَ تَأْمُرُ بِاْلمَعْرُوْفِ وَتَنْهَي عَنِ اْلمُنْكَرِ فَيَقُوْلُ اِنِّى آمِرٌ بِاْلمَعْرُوْفِ وَلَا أَفْعَلُهُ وَاَنْهَى عَنِ اْلمُنْكَرِ وَأَفْعَلُهُ "

     

    “Suatu saat nanti ada seorang laki-laki yang didatangkan dan kemudian dilemparkan ke dalam api neraka. Di dalamnya ia berputar-putar seperti keledai yang berputar-putar mengelilingi mesin giling tepung, maka berkumpullah penghuni neraka mengelilingi dan bertanya: "Hai Fulan!, Bukankah engkau adalah yang dulu memerintah untuk berbuat makruf dan mencegah dari kemungkaran? Ia menjawab, "Ya, dulunya aku adalah yang menyuruh berbuat makruf tapi aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah kemungkaran, namun aku sendiri melakukannya.”(HR. Bukhari)

    Untuk kebersaman kita dalam melaksanakan amar makruf nahi mungkar, semua komponen harus memiliki visi yang sama, memberantas kejahatan dan kemaksiatan, tentunya dengan cara-cara yang dapat diterima, bukan dengan cara yang bahkan akan memperkeruh suasana. Sebagaimana ditegaskan dalam Alquran:

     

    ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

    "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik dan berdebat dengan cara yang baik.”

    Jika kita semua mengabaikan ajaran amar makruf nahi mungkar ini, maka pada saat itu juga Allah tidak akan peduli terhadap kondisi kita. Dalam hadis Nabi dijelaskan bahwa Allah akan mengancam orang-orang yang tidak lagi melakukan amar makruf nahi mungkar dengan kiriman siksaan dan tidak akan diterimanya doa-doa yang dipinta kepadaNya.

     

    قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِاْلمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ اَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ اَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ

    "Nabi bersabda: "Demi Zat yang diriku ada dalam genggaman kekuasan-Nya, sungguh hendaklah kalian memerintahkan yang makruf dan melarang kemungkaran atau sungguh Allah mempercepat kiriman siksaan terhadap kalian kemudian kalian memohon kepada-Nya, maka tidak diterima doa kalian".

    Dalam hadis ini ditegaskan bahwa manusia diberi pilihan untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar atau datangnya azab siksaan dengan segera. Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa, membiarkan kemunkaran akan mengakibatkan datangnya azab dan siksaan di dunia maupun di akhirat.

    Amar makruf nahi munkar dapat menghindarkan umat manusia tertimpa bencana dan malapetaka. Al-Qur'an menggambarkan bahwa siksa dan azab dapat datang hanya kerena sebagian orang yang melakukan kemungkaran. Ironisnya lagi, siksaan dan azab itu menyerang bukan hanya kepada pelakunya, melainkan kepada seluruh umat manusia (orang-orang yang ada di sekelilingnya). Firman Allah dalam QS. al-Anfal: 25.

    وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

    “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”

    Ayat di atas menegaskan bahwa membiarkan kemungkaran sama dengan saja dengan membiarkan kazaliman merajalela. Dan dari setiap kezaliman yang ada mengakibatkan datangnya siksaan bagi pelakunya dan orang-orang di sekitarnya.

    Semoga kita termasuk orang-orang yang digambarkan Rasulullah sebagai orang yang selalu berada dalam kebenaran:

    لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين علي الحق لا يضرهم من خالفهم

    “Senantiasa tetap ada suatu kelompok dari umatku yang selalu berada dalam kebenaran, mereka tidak pernah terpengaruh oleh orang lain yang berbeda pandangan dengan mereka.”

     

    Demikian khutbah jumat ini kami sampaikan, semoga semua kita dapat mengambil peran dalam mengajak umat untuk mengerjakan kebaikan dan mencegah perilaku-perilaku yang menyimpang dari ajaran agama.


    Komentar

    Tampilkan

    • Membangun Masyarakat Madani Melalui Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”