Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Menggantungkan Harapan Hanya Kepada Allah SWT.

    Kamis, 12 Juni 2025, Juni 12, 2025 WIB Last Updated 2025-06-12T15:19:38Z

     

    Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA
    (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)

    QS. Al-Isra ayat 57:

    "Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti." (QS. Al-Isra ayat 56)

    Ayat ini berisi penentangan kepada amalan syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk lain dalam hal ibadah dan doa. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang dijadikan sesembahan selain-Nya—baik itu nabi, wali, malaikat, atau makhluk suci lainnya—sebenarnya juga adalah hamba-hamba Allah yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Mereka bukanlah tuhan, dan mereka pun tidak memiliki kekuasaan ilahi.

    Dalam ayat ini disebutkan bahwa ada beberapa golongan yang dijelaskan dengan kalimat: "mereka mencari jalan (pendekatan) kepada Tuhan mereka". Maksudnya, para makhluk yang diagungkan oleh sebagian orang sebagai perantara atau sesembahan itu sendiri masih berusaha mendekat kepada Allah. Mereka menjalani ibadah, berdoa, dan beramal saleh demi mendapatkan kedudukan yang lebih dekat dengan-Nya. Ini menunjukkan bahwa kedudukan mereka bukan di atas, tapi sejajar sebagai makhluk Allah.

    Untuk fenomena ini, sebagian mufasir menjelaskan bahwa ayat ini ditujukan kepada kaum musyrik Mekah yang menyembah makhluk seperti malaikat, nabi, atau jin dengan keyakinan bahwa mereka bisa menjadi perantara kepada Allah. Namun, Allah membantah hal itu: makhluk-makhluk yang mereka sembah itu sendiri sedang berjuang mencari rahmat Allah. Jadi, bagaimana bisa mereka disembah jika mereka sendiri butuh kepada Tuhan? Setelah itu, ayat ini juga menyebut bahwa makhluk-makhluk tersebut "mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya". Ini menekankan sifat ketundukan dan kehambaan. Bahkan makhluk yang mulia seperti malaikat atau nabi pun tidak merasa aman dari azab Allah. Mereka selalu berada dalam keadaan harap dan takut, dua sikap utama dalam ibadah kepada Allah. Lalu pada akhir ayat memberikan penekanan bahwa ancaman azab Allah itu bukan main-main. Ini adalah peringatan bagi siapa pun yang melanggar batas-Nya, termasuk mereka yang mempersekutukan-Nya dengan makhluk lain dalam hal ibadah.

    Meskipun konteks ayat ini merujuk pada kaum musyrik di masa Nabi Muhammad , pesan moral dan teologisnya tetap relevan. Dalam kehidupan modern, masih ada praktik-praktik yang secara tidak sadar menempatkan makhluk pada posisi ilahi—misalnya, menggantungkan harapan spiritual sepenuhnya kepada tokoh agama atau perantara tanpa kembali kepada Allah secara langsung. Ayat ini menuntun umat Islam untuk selalu menempatkan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung dan beribadah. Ala kulli hal, Secara keseluruhan, ayat ini mengajarkan tauhid yang murni dan mengingatkan agar tidak terjerumus dalam bentuk penyembahan terhadap makhluk, seberapa pun mulianya makhluk tersebut. Semua makhluk adalah hamba Allah yang tunduk kepada-Nya, dan hanya kepada Allah-lah seharusnya doa, harapan, dan ketakutan ditujukan. Wallahu al-Musta’an.


    Komentar

    Tampilkan

    • Menggantungkan Harapan Hanya Kepada Allah SWT.
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”