
![]() |
Tgk. H. Muhammad Nur Abdullah (Pimpinan Dayah Safinatussalamah Lam Hasan) |
Kaum muslimin
jamaah Jum’at yang dirahmati oleh Allah!
Islam sangat melarang kita membukakan AIB sesama muslim, karena hal tersebut dapat menimbulkan kebencian, perkelahian, dendam hingga akibat yang lebih fatal lagi yaitu pembunuhan.. Membuka aib sesama muslim hukumnya haram dan termasuk dosa besar. Sebagaimana firman Allah SWT:-
“Wahai orang-orang
yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka karena sesungguhnya sebagian
prasangka adalah dosa. Janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan orang
lain dan janganlah kamu sekalian berghibah( menggunjing) satu sama lain. Adakah
seseorang di antara kamu sekalian
yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima
taubat lagi maha penyayang.” [QS: 49 (al Hujurat) ayat 12.]
Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin (peringatan bagi orang yang lalai), Abu Laits As Samarqandi
mengulas dahsyatnya bahaya ghibah. Abu Laits
menukil sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhamad shallallahu
'alaihi wa sallam
(SAW) bersabda: "Tahukah kamu a pakah
ghibah?" Jawab sahabat: "Allah Ta'ala dan Rasulullah yang
lebih mengetahui." "Ghibah itu jika kamu menyebut (membicarakan) hal
keadaan saudaramu yang ia tidak suka
hal itu disebut atau dibicarakan kepada orang
lain, maka itu berarti ghibah padanya," jawab
Rasulullah. Lalu sahabat bertanya: "Bagaimana kalau saudaraku betul begitu?" Nabi berkata: "Jika yang kau sebut itu benar ada padanya, maka itu ghibah.
Tetapi jika tidak betul maka itu buhtan (membuat-buat kepalsuan, pendustaan
untuk menjelekkan nama orang lain)."
Allah SWT telah mewahyukan kepada Nabi Musa Alahissalam:
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa
'alaihissalam : "Orang yang mati dalam keadaan bertaubat dari dosa ghibah (menggunjing), ia adalah orang terakhir yang masuk Surga.
Orang yang mati dalam keadaan membiasakan ghibah, ia adalah orang pertama
yang masuk Neraka." (Kitab Risalah al-Mu’awanah,
hal 30).
Kaum muslimin rahimakumullah!
Ada sebuah riwayat yang mengisahkan bahwa pada
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ada dua orang wanita yang berpuasa, lalu ada yang menceritakan perihal
keduanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai
Rasulullah, di sini ada dua orang wanita yang berpuasa, keduanya hampir mati karena kehausan.” Ternyata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam malah berpaling dan tidak menggubrisnya. Orang itu pun datang lagi kepada beliau dan kembali
menceritakan kejadian tersebut. Dia berkata, “Wahai Rasulullah keduanya
hampir mati.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Panggil keduanya.” Akhirnya kedua wanita itu pun datang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk diambilkan sebuah ember, lalu beliau bersabda, “Muntahlah!” Maka salah satu dari keduanya pun muntahh, ternyata dia memuntahhkan air nanah bercambur darah sehingga memenuhi setengah ember. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada wanita yang satunya untuk muntah, dan dia pun memuntahkan nanah bercampur darah sehingga ember itu penuh, lalu beliau bersabda, “Kedua wanita ini berpuasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah namun malah berbuka dengan yang diharamkan oleh-Nya, keduanya duduk-duduk untuk makan daging manusia.”
Seiring berjalannya syari’at siksaan itupun tak
lagi diperlihatkan, namun ironisya
kian hari semakin banyak orang yang
saling menggunjing, bahkan dosa besar
tersebut seakan-akan dianggap sebagai hal biasa dan lumrah terjadi.
Padahal, Rasulullah SAW sudah menyatakan bahwa dosa ghibah berat dari dosa zina:
Artinya: “’Gibah itu lebih berat dari zina.’” Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana bisa?’ Rasulullah SAW menjelaskan, ‘Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,’”[HR At-Thabrani].Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, aku menyampaikan pada Nabi: Telah cukup bagi engkau wahai Rasulullah atas kekurangan Shafiyah seperti ini dan itu. Sebagian perawi mengatakan bahwa Aisyah menggunjing fisik Shafiyah yang pendek (dengan tujuan menghina) sebab cemburu, lalu Rasulullah bersabda: Aisyah, engkau telah mengatakan sebuah kalimat yang apabila dicampur dengan air laut, maka kalimat itu akan mengeruhkannya. Aisyah berkata: bahwa hal ini (menggunjing) bertujuan menghina sudah biasa dilakukan oleh manusia secara umum, Nabi bersabda: aku tidak suka menceritakan keadaan manusia bahwa aku seperti ini dan itu (HR. Turmudzi, Abu Dawud)
Teguran Rasulullah ini secara jelas dapat
diartikan bahwa menggunjing atau ghibah sangat ditentang oleh agama. Sebab
selain dapat mengotori hati seseorang, juga dapat membuat gelap mata, apalagi
didasari rasa tidak suka atau cemburu.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!
Pelajaran yang dapat dipetik dari kajian kita
hari ini bahwa kita harus bersungguh-sungguh memerangi kebiasaan buruk berupa
ghibah, yang kerap terselip dalam hati.jangan sampai amal kebaikan kita
menjadi tidak berarti karena disebabkan terlampau mbanyaknya dosa ghibah.