
![]() |
Ust. Muzakkir A Rahman (Imam Rawatib Masjid Raya Baiturrahman) |
4 Juli 1187 Shalahuddin berhasil mengepung dan menghancurkan kekuatan utama tentara Salib yang dipimpin oleh Raja Guy de Lusignan dan Renaud de Chatillon. Setelah menang di Hittin. Salib Suci (Relic of the True Cross) direbut, banyak ksatria ditawan, termasuk RajaGuy the lusignan. sementara Renauld de chatillon dieksekusi oleh Shalahuddinkarena melanggar perjanjian damai dan menyiksa jamaah haji Muslim. September 1187 Salahuddin mengepung Yerusalem yangsebelumnya berada dibawah kekuasaan pasukan Salib selama hampir 90 tahun.Pemimpin pertahanan Yerusalem saat itu adalah Balian of Ibelin. Ia tahu tidak mungkin menang dan akhirnya membuka negosiasi.Penyerahan Yerusalem pada 2 Oktober 1187 Yerusalem diserahkan tanpa pertumpahan darah besar, sebuah kejadian yang sangat langka dalam sejarah saat itu. Demikianlah singkatnya kronologi jatuhnya jerussalem (alquds) ketangan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (selanjutnya saya singkat SSA) sekaligus mengakhiri hegemoni pasukan salib. Namun yang paling mengejutkan adalah perlakuan SSA kepada paratawanan pasca peperangan. Ia menolak balas dendam seperti yang dilakukan pasukan Salib saat merebut Yerusalem tahun 1099 (pembantaian besar-besaran umat Islam dan Yahudi).Memberikan jaminan keselamatan jiwa dan harta bagi penduduk Kristen dan Yahudi. Memberi waktu bagi warga untuk membayar tebusan dan pergi dengan aman; yang tidak mampu dibebaskan oleh Shalahuddin sendiri atau para dermawan Muslim. dalam Al-Nawadir Al-Sulthaniyyah ibnu Shaddad menulis: SSA menunjukkan kelembutan dan kasih sayang yang mengagumkan. Ia memaafkan kesalahan dan membalasnya dengan kebaikan”. Pertanyaannya adalah bagaimana Salahuddin memiliki kemampuan brilian dalam militer teguh dalam prinsip serta berbudi luhur.
1.Pengaruh pemikiran alGhazali
Imam Ghazali hidup diawal masa berkecamuknya perang salib(488 H,) dimana dalam pengembaraannya (beliau pesiun dari madrasah Nizamiyah dan mengembara ke Syam, Palestina, Hijaz) saat itu menyaksikan para pemuda Islambegitu bersemangat dalam mengangkat senjata namun kosong darisegi ruhaniyyah. Kemudian dari hasil uzlahnya ia menulis Ihya Ulumiddin yang berisi pokok ajaran tasawwuf serta cara mengobati dan menghidupkan hati. Kitab inibegitu memiliki peranan dan arti penting dalam perkembangan spiritual umat Islam dikemudian hari, baik dimasa hidup maupun ketika penulisnya wafat di tahun 505 H. tidak hanya Ihya Ulumuddin saja, Kitab kitab lain dari berbagai disiplin ilmu pun diterima luas dan dilahap oleh para pelajar demi mendalami samudera ilmu dan ketajaman nalar sang Hujjatul Islam, seperti kitab “Fadha’ih Al Bathiniyah” yang membongkar penyimpangan sekte bathiniyah yang pesat berkembang kala itu.
2.Peran Nuruddin Zanki
Ibnu al-Atsir, dalam karyanya Al-Kamil fi al-Tarikh, menulis tentang Nuruddin Zanki: "Nuruddin adalah pemimpin yang adil dan saleh, yang selalumenjaga shalat berjamaah, shalat malam, dan membaca Al-Qur'an. Ia dekat dengan para ulama dan ikut meriwayatkan hadits bersama mereka." Nuruddin Mahmud Zanki (kemudian saya singkat MZ) adalah penguasa dinasti Zankiyah (Zengid), ia langsung mengambil alih tampuk kekuasaan sepeninggal ayahnya yang terbunuh pada tahun 1146 M. segera ia tampil sebagai pemimpin yang palig efektif dalam perang salib II tahun 1149 M yang mampu menghalau pasukan salib di wilayah Inab (utara Aleppo)dan memenggal kepala jenderal mereka Raymond dari Poitiers lalu mengirimkan kepalanya ke Khalifah Abbasiyah di baghdad
Setelah berhasil
menguasai Aleppo, NZ kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam strategi militer
setelah berhasil melumpuhkan
dinasti Buridiyun (bekas kegubernuran saljuq di Suriah) di Damaskus dan
menyatukan kembali Seluruh Syam dibawah kekuasaanya yang
selanjutnya akan menjadi awal dari pembuka jalan menuju pembebasan baitul Maqdis
oleh generasi SSA. Nah, disinilah letak benang merah
korelasi antara SSA dan Alghazali secara sanad pemikiran.NZ memang diyakini tidak
pernah bertemu dengan Alghazali karena ia lahir setelah 6 tahun Alghazali
wafat, namun menurut Imam Ibn Al-Jawzi dalam al-Muntazam dan
Shuzur al-‘Uqud oleh Ibnal-Imad al-Hanbali menyebut bahwa madrasah-madrasah Ghazalian
memainkan peran besar dalam kurikulum diseluruh penjuru negeri dengan menitik beratkan
kepada 4 Aspek 1. Aqidah Sunni Asy’ari 2. Fiqh Syafi’i 3. Tasawuf
yang moderat dan berorientasi jihad an-nafs 4. Etika dan Reformasi
sosial. Dan Ihya Ulumiddin dijadikat diktat dalam pengajaran.
SSA adalah murid politik dan militer dari NZ. NZ selain mendirikan
madrasah di Damaskus dan Aleppo yang
Mengajarkan
fikih, akidah dan tasawuf moderat ala al-Ghazali serta tidak ketinggalan pula
penggemblengan semangat jihad fi sabilillah dengan pendekatan etika dan
semangat ibadah yang kelak menjadi pondasi kuat bagi SSA dalam meniti karir
didunia politik dan militer.
3. Shalahuddin
dan Karya AlGhazali
Shalahuddin lahir pada tahun 532 H / 1137 M di Tikrit, Irak.
Awalnya ia mengabdi kepada Nuruddin Zanki, sebagai ajudan pamannya, Asaduddin
Shirkuh, dalam ekspedisi ke Mesir. Tahun 564 H/ 1169 M, setelah wafatnya
pamannya, Shalahuddin diangkat menjadi Wazir Dinasti Fatimiyah (Syiah
Ismailiyah) oleh Khalifah mereka. Tapi ia mulai menghapus institusi Syiah dan
mengembalikan Sunni, serta bersumpah setia pada Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Setelah
wafatnya Nuruddin Zanki, Shalahuddin naik tahta sebagai pendiri Dinasti
Ayyubiyah pada 569 H/ 1174 M.
Kepemimpinannya
memadukan kecerdasan militer, kesalehan pribadi, dan keadilan sosial. Tahun-tahun
berikutnya ia menyatukan Mesir, Suriah, Yaman, dan Hijaz di bawah bendera
Dinasti Ayyubiyah yang Ia dirikan.
Shalahuddin dikenal suka membaca
kitab-kitab tasawuf dan akhlak. Dalam salah satu riwayat, disebutkan ia sering
membaca Ihya’ ‘Ulum al-Din, terutama bab tentang jihad dan niat. Walau tidak
ada bukti langsung bahwa SSA duduk belajar langsung dari pengajar kitab
Al-Ghazali, korelasi yang sahih dan kuat terlihat dari 1.Institusi
pendidikan yang dibangun atas pemikiran Al-Ghazali 2. Lingkungan dan
pemimpin sebelum SSA (Nuruddin Zanki) sangat terpengaruh Al-Ghazali 3.
Strategi perang dan kebijakan publik SSA sangat berakar pada prinsip jihad
ruhani, tazkiyah, dan keadilan seperti yang diajarkan Al-Ghazali yang kemudian
berlanjut pada pembebasan AlQuds yang fenomenal di tahun 1187 M / 27 Rajab 583
H. Peristiwa ini terjadi tepat pada malam Isra’ Mi’raj. Menurut beberapa
riwayat—sebuah simbolisme kuat pembebasan tempat suci.
Kesimpulan
Tasawuf
Imam Al-Ghazali, yang berpadu antara spiritualitas mendalam dan ketegasan
syariah, telah memberi pondasi etika dan ruh jihad yang kuat bagi generasi
Muslim sesudahnya—termasuk Shalahuddin Al-Ayyubi. Melalui pemikiran Al-Ghazali
yang menghidupkan kembali keseimbangan antara ilmu, amal, dan ikhlas dalam
perjuangan, lahirlah model kepemimpinan seperti Shalahuddin yang dikenal zuhud,
adil, dan sangat menjunjung tinggi nilai ukhrawi dalam strategi duniawi.
Gerakan pembaruan akidah dan tasawuf Ghazalian yang diperkuat oleh para ulama sufi
dan madrasah-madrasah Sunni di bawah Dinasti Zankiyah dan Ayyubiyah, menjadi
basis moral dan spiritual dalam menyatukan kaum Muslimin, menumbuhkan semangat
jihad, dan akhirnya membawa kemenangan besar berupa pembebasan Al-Quds dari
tangan pasukan Salib pada 583 H/ 1187 M. Maka, meski Al-Ghazali wafat jauh
sebelum peristiwa itu, ruh dan ajarannya hidup dalam hati para mujahidnya.