
![]() |
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA (Imam Besar MRB Periode 2003-2025) |
Prof Azman Ismail: Sang Imam yang Sangat Menghargai Waktu
Prof. Azman Ismail
merupakan sosok ulama kharismatik Aceh, pakar ilmu lughah, ahli tafsir
sekaligus Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Aceh. Di mata para guru dan sahabatnya
beliau merupakan sosok yang santun, ramah, memiliki ilmu yang luas dan
mendalam, guru yang memperhatikan muridnya dan menjaga keilmuannya, tokoh agama
kontemporer yang sangat menghargai waktu dan ibadah. Beliau sudah sejak muda
mencintai masjid dan aktif dalam berbagai kegiatan masjid. Beliau diangkat
sebagai Imam Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 2003. Selama 22 tahun dedikasi
dan pengabdiannya beliau fokus menata dakwah dan kemaslahatan Masjid Raya
Baiturrahman sebagai corong dakwah dan ikon Provinsi Aceh. Selain sebagai imam
besar, beliau juga menjadi khatib dan penceramah tafsir Ba’da isha dan subuh di
Masjid Raya Baiturrahman. Banyak yang mengenal beliau dengan ceramahnya yang
lembut dan penuh makna dan nasihat sederhana yang sesuai zaman.
Kecintaannya dan
kefasihannya dalam ilmu agama didapatkan dari sejak kecil dari lingkungan
keluarga. Azman Ismail kecil lahir dari keluarga yang sangat taat agama. Ayah
beliau Teungku H. Ismail bin Teungku H. Ahmad merupakan ulama terkenal di
masanya di Pagar Air, Aceh Besar. Ayahnya merupakan imuemsyik Masjid Lueng
Bata. Ibunya bernama Asma Mahmud juga seorang perempuan yang taat beragama dan
mampu berbahasa arab. Dari Ibunya Azman Ismail kecil diajarkan bahasa arab dan
Al-Quran. Mengutip dalam buku “Ensiklopedi Ulama Aceh” diceritakan bahwa Prof.
Azman dari kecil belajar Al-Quran pada Teungku Muhammad Pante Pagar Air, yang
kala itu merupakan Imam Besar Masjid
Raya Baiturrahman Banda Aceh, beliau juga belajar Al-quran pada Teungku Usman
Musa Panteriek, seorang Qari terbaik sekaligus Dewan Hakim Musabaqah Tilawatil
Quran Provinsi Aceh. Karena itu beliau jatuh cinta pada ilmu bahasa arab. Namun
seiring waktu berjalan, Beliau tidak hanya mnguasai ilmu bahasa arab tetapi
juga menguasai ilmu tafsir Al-Quran karena menurutnya tafsir Al-Quran sangat
erat kaitannya dengan filologi gramatika
bahasa arab. Beliau bisa disebut ulama kontemporer Aceh yang pakar di bidang
ilmu lughah dan tafsir.
Azman Ismail kecil
menghabiskan waktunya untuk belajar di MIN Suka Damai, Lalu melanjutkan ke SMI
Jambo Tape Banda Aceh dan juga belajar di MAAIN. Lulus MAAIN Prof. Azman Ismail memilih
melanjutkan pendidikan ke Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Arab IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Kecintaannya pada ilmu mengantarkan Azman Ismail ke Kairo Mesir
melanjutkan pendidikan pada Universitas Al-Azhar. Beliau memilih Fakultas
Ushuluddin konsentrasi ilmu tafsir. Di tengah kesibukannya belajar di
Universitas Al-Azhar, beliau juga belajar di Universitas Ma’had Zamalik yang
merupakan universitas swasta dan pengajarnya merupakan orang-orang hebat pada
bidangnya. Prof. Azman Ismail berhasil menyelesaikan kuliahnya sampai jenjang
program Doktor (S3) di Universitas Al-Azhar dengan sangat baik karena kecintaanya,
kegigihannya, sikpanya dalam menghargai waktu.
Salah satu
keberhasilan dan kesuksesan prof. Azman dalam menimba ilmu dan karier adalah
cara sikapnya dalam menghargai waktu. Prof. Azman Ismail dari sedari kecil
sudah pintar menata waktunya dengan sangat baik. Beliau pernah bertutur,
‘menjadi juara kelas bukan karena beliau pintar, tapi karena beliau belajar di
rumah’, maknanya beliau betul-betul mendengarkan petuah orang tuanya untuk
tidak menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman sejawatnya yang masa itu
tidur di meunasah. Beliau terus berupaya mengisi waktu kosong dengan belajar
dan tidak hanya belajar pada satu tempat atau orang saja, namun pada beberapa
sekolah, universitas, dan pakar dalam waktu bersamaan. Penghargaannya terhadap
waktu tidak hanya pada kegiatan belajar saja, dalam kehidupan sehari-haripun
beliau terapkan. Contohnya beliau sangat menghargai undangan dengan hadir tepat
waktu dan memberikan bimbingan kepada mahasiswanya tepat waktu. Tidak boleh
semenitpun terlambat datang atau akan kehilangan kesempatan bertemu dan
mendulang ilmu dari beliau.
Kontribusi dan
peran Prof. Azman Ismail untuk kemaslahatan dan sosial umat sangat banyak.
Salah satu kontribusi beliau yang mungkin belum banyak masyarakat tahu adalah
menjadi “jembatan penghubung” antara Pemerintah Aceh dengan pihak Pengelola
Baitul Asyi di Arab Saudi. Karena kepakarannya dalam bahasa arab dan
kedekatannya dengan Syekh Abdul Ghani Asyi, pimpinan Baitul Asyi, selama 9
tahun Prof. Azman Ismail dipercayakan oleh Pemerintah Aceh dan Pemerintah Arab
untuk mengemban tugas istimewa sebagai petugas pembagian hasil waqaf rumah Aceh
di Mekkah kepada jamaah haji. Peranan lain beliau diantaranya bisa dilihat dari
perjalanan menjadi seorang guru pada sekolah MAN Banda Aceh, Pegawai Kanwil
Kemenag Prov. Aceh, Dewan Hakim Aceh dan Nasional, anggota MPU Aceh dan perumus
kurikulum Nasional, Pembantu Dekan, Pembantu Rektor III, Guru Besar Fakultas
Adab IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dekan Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry Banda Aceh,
Ketua Senat UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dan Khatib masjid, Penceramah, penulis
dan Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman.
Disamping
mengajarkan ilmu, beliau juga senang dalam menulis buku, makalah, dan jurnal
ilmiah. Adapun beberapa hasil karya beliau diantaranya,: Menelusuri Pemahaman
Ayat Keenam Surat al-Maidah yang ditinjau dari Kajian Kebahasaan, Tafsir
Tahlili tentang Riba dalam Pandangan Al-Quran, Al-Quran dan Masyarakat, Masjid
Raya Baiturrahman dalam Lintasan Sejarah, Profil-profil Imam Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh, Syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam, Hikmah
Tsunami di Baiturrahman, Filologi (Teori dan Praktek), Suara Khatib
Baiturrahman, dan Al-Imam Al-hawfi: wa juhuduhu fi Khidmatil Quran. Tentu masih
banyak hasil karya beliau yang bisa dijadikan rujukan oleh masyarakat.
Kini selesai sudah pengabdiannya sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman selama 22 tahun. Insyaallah semua jerih beliau akan menjadi amal jariyah dan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak. Orang boleh silih berganti tapi peran dan jasanya akan terus abadi di setiap sanubari yang mencintainya. Barakallah fikum Syaikuna.
Penulis: Nurhanifah (Pustakawan MRB)