Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Menolak Mukjizat, Menolak Kebenaran; Pelajaran Dari Kaum Tsamud

    Kamis, 26 Juni 2025, Juni 26, 2025 WIB Last Updated 2025-06-26T14:13:54Z
    Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA
    (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)

    QS. Al-Isra’ ayat 59:

    Artinya: " Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan mukjizat-mukjizat (yang diminta) itu, melainkan karena orang-orang dahulu telah mendustakannya. Dan Kami telah memberikan kepada kaum Tsamud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat dengan jelas, tetapi mereka menzaliminya. Dan Kami tidak mengirimkan mukjizat-mukjizat itu melainkan untuk menakut-nakuti.”(QS. Al-Isra’ ayat 59)

    Ayat di atas merupakan jawaban dari pertanyaan atau permintaan dari orang-orang musyrik Mekah yang menginginkan agar Nabi Muhammad menunjukkan mukjizat-mukjizat besar, seperti yang diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu. Allah menjelaskan bahwa bukan karena Dia tidak mampu mengirimkan mukjizat tersebut, tetapi karena pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa orang-orang yang telah diberi mukjizat tetap mengingkarinya.

    Dalam rentetan sejarah agama di dunia, tercatat bahwa umat-umat terdahulu, seperti kaum Tsamud, telah menyaksikan mukjizat yang nyata dan luar biasa. Salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada mereka adalah seekor unta betina yang keluar dari batu, sebagai tanda kenabian Nabi Shalih. Unta tersebut memiliki ciri-ciri khusus dan menjadi bukti kekuasaan Allah yang tidak bisa disangkal oleh akal manusia. Meskipun mukjizat tersebut sangat jelas dan luar biasa, kaum Tsamud tetap bersikap angkuh. Mereka tidak hanya mengingkari mukjizat itu, tetapi bahkan melakukan kezaliman dengan membunuh unta tersebut. Tindakan ini menunjukkan bahwa keingkaran mereka bukan karena kurang bukti, tetapi karena kesombongan dan hati yang keras dan permusuhan yang nyata.

    Oleh sebab itulah, Allah tidak menurunkan mukjizat kepada Nabi Muhammad seperti yang mereka minta. Allah mengetahui bahwa pola penolakan yang sama akan terulang—mereka hanya mencari alasan untuk tetap dalam kekafiran, bukan untuk benar-benar percaya. Oleh karena itu, Allah memilih bentuk peringatan lain yang lebih sesuai, yaitu melalui Al-Qur’an yang penuh hikmah dan petunjuk yang langsung mengetuk akal dan hati nurani mereka, tentang kebenaran risalah ilahi.

    Kemudian pada akhir ayat, Allah menjelaskan bahwa tujuan dari pengiriman mukjizat pada dasarnya bukan untuk hiburan atau sekadar menunjukkan keajaiban, tetapi sebagai peringatan dan rasa takut agar manusia kembali kepada kebenaran. Mukjizat hanyalah sarana untuk mengingatkan manusia akan kuasa dan ancaman Allah jika mereka tetap membangkang.

    Ala kulli hal, ayat ini mengajarkan bahwa keimanan sejati tidak tergantung pada mukjizat yang luar biasa, tetapi pada hati yang terbuka terhadap kebenaran. Mukjizat tidak akan berguna bagi orang yang hatinya tertutup. Allah mengarahkan umat manusia untuk menggunakan akal, hati, dan wahyu sebagai dasar keimanan, bukan semata-mata menunggu kejadian luar biasa di luar nalar dan sesuatu yang dianggap mustahil. Wallahu al-Musta’an.

     


    Komentar

    Tampilkan

    • Menolak Mukjizat, Menolak Kebenaran; Pelajaran Dari Kaum Tsamud
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”