Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Cara Mengatasi Tindakan Moral

    Kamis, 10 Juli 2025, Juli 10, 2025 WIB Last Updated 2025-07-10T23:08:17Z

     

    Prof. Muhammad Siddiq Armia, PhD
    (Guru Besar UIN Ar-Raniry) 
    Email: msiddiq@ar-raniry.ac.id

    Pendahuluan
    Sebelum kita membahas lebih jauh, ada baiknya kita mencoba merujuk pada pengertian dan pemahaman tentang moral. "Moral" berasal dari bahasa Latin mos/mores, yang berarti kebiasaan atau norma hidup, dan digunakan untuk merujuk pada nilai-nilai yang membimbing perilaku manusia dalam masyarakat. Filsuf Romawi Cicero (106–43 SM) menerjemahkan kata Yunani ethos (kebiasaan atau watak) ke dalam bahasa Latin sebagai mos/mores, dan dari situlah kata "moralis" muncul. Kemudian dalam bahasa Prancis Lama dan Inggris Pertengahan berkembang menjadi "moral". Kebiasaan atau watak manusia dengan pendekatan Cicero ini bisa berubah standarnya seiring dengan perkembangan pemikiran manusia.

     

    Dalam terminologi Islam dengan memakai pendekatan Al-Quran dan Hadis, para ulama banyak mengaitkan moral dengan istilah akhlaq. Terminologi akhlaq ini, salah satunya bermunasabah dengan QS. Al-Qalam (68): 4: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ . Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." Disamping itu, ada beberapa hadis Nabi yang menerangkan tentang akhlaq ini, diantaranya hadis:

    قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
    "
    إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ"

    Artinya:
    “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

    (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, Ahmad, dan lainnya — hadis hasan)

     

    Dari dua pendefinisian diatas, terlihat jelas bahwa standar moral dalam filsafat Barat dan kajian Islam memiliki perbedaan mendasar. Standar moral/akhlaq dalam Islam cenderung tetap dan akan terus merujuk pada Al-Quran dan Hadis, sedangkan standar moral dalam filsafat Barat dipastikan akan berubah tergantung situasi dan keadaan. Fakta ini salah satunya terlihat di Inggris, pada tahun 1885 tindakan tak bermoral LGBTQ dianggap sebagai tindakan pidana, yang bertentangan dengan Section 11, Criminal Law Amendment Act 1885. Tetapi saat ini, tindakan tak bermoral LGBTQ justru dilindungi secara peraturan perundang-undangan Inggris.

     

    Sedangkan dalam Islam menekankan pentingnya prinsip-prinsip moral yang kuat sebagai benteng terhadap tindakan amoral. Al-Qur'an dan Hadis memberikan pedoman yang jelas mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak. Misalnya, dalam QS. Al-Baqarah: 177, Islam menekankan pentingnya iman, amal saleh, dan kejujuran. Ajaran Islam yang kuat dapat menjadi penangkal efektif terhadap perilaku amoral.

     

    Dalam konteks sosial dan budaya, tindakan moral sering kali menjadi topik yang kompleks dan memerlukan perhatian khusus. Tindakan moral berhubungan erat dengan norma dan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Namun, dalam praktiknya, tindakan moral dapat menimbulkan dilema dan tantangan tersendiri.

    Tindakan moral sebagai perilaku yang sesuai dengan standar etika yang diakui oleh suatu komunitas atau masyarakat. Tindakan moral sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan moral bukan hanya sekadar teori, tetapi juga memiliki implikasi nyata dalam menjaga keharmonisan sosial.

    Pentingnya tindakan moral juga terlihat dalam konteks pendidikan. Pendidikan moral di sekolah dapat mengurangi perilaku menyimpang di kalangan peserta didik. Ini menunjukkan bahwa pendidikan moral dapat menjadi alat yang efektif dalam membentuk karakter individu sejak dini. Selain itu, tindakan moral juga penting dalam dunia bisnis. Perusahaan yang menerapkan kebijakan etika yang ketat memiliki tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi dan reputasi yang lebih baik di mata publik.

     

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan Moral

    Tindakan moral tidak terjadi dalam ruang hampa; ada berbagai faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak secara moral. Faktor pertama adalah lingkungan sosial; dimana individu cenderung meniru perilaku moral orang-orang di sekitarnya (Bandura: 2015). Sehingga lingkungan sosial dapat mempengaruhi keputusan moral yang akan dibuat. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial memainkan peran penting dalam pembentukan tindakan moral.

     

    Hal ini senada dengan Hadits Nabi yang berbunyi "Seseorang itu tergantung pada agama temannya" (الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ) menekankan pentingnya memilih teman dalam Islam. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi, dan disahihkan oleh Syaikh Al Albani. Makna dari hadits tersebut adalah bahwa perilaku dan kebiasaan seseorang cenderung mengikuti atau terpengaruh oleh teman dekatnya. Kawan disini bisa diartikan lingkungan terdekat dari seseorang, termasuk lingkungan keluarga, kerabat, dan aparatur gampung sebagai satu kesatuan.

     

    Faktor kedua adalah pendidikan. Pendidikan moral memiliki pengaruh penting terhadap perilaku individu. Kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan moral dan agama setidaknya dapat meningkatkan kesadaran etis siswa.

     

    Faktor ketiga adalah media. Dalam era digital, media memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi moral masyarakat. Apalagi pengaruh media sosial dengan preferensi tertentu dapat mempengaruhi algoritma para penggunanya. Sebagai contoh, saat kita pernah berbelanja produk online tertentu, maka produk sejenis akan terus menerus dihadirkan oleh algoritma pada beranda media sosial si pengguna.

     

    Strategi Mengatasi Tindakan Moral yang Tidak Sesuai

    Mengatasi tindakan moral yang tidak sesuai memerlukan pendekatan yang holistik dan terencana. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah pendidikan moral yang berkelanjutan hingga dapat mengurangi tindakan amoral di kalangan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa pendidikan moral yang konsisten dapat menjadi alat yang efektif dalam membentuk perilaku moral yang positif.

    Strategi kedua adalah penerapan kebijakan yang tegas dalam lingkungan kerja. Perusahaan yang memiliki kebijakan etika yang jelas dan tegas dapat mengurangi insiden pelanggaran etika. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan yang tegas dapat menjadi pencegah efektif terhadap tindakan moral yang tidak sesuai.

     

    Strategi ketiga adalah pemberdayaan komunitas. Komunitas yang diberdayakan memiliki kemampuan lebih baik dalam mengatasi masalah moral di lingkungan mereka. Dengan kata lain, pemberdayaan komunitas dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi tindakan moral yang tidak sesuai.

     

    Penutup

    Islam sebagai benteng tindakan amoral menawarkan panduan yang komprehensif dan relevan dalam menghadapi tantangan moralitas modern. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip dasar seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial, Islam dapat menjadi solusi efektif dalam membentuk masyarakat yang bermoral. Namun, upaya kolektif diperlukan untuk mengatasi tantangan dalam implementasi nilai-nilai Islam, termasuk melalui pendidikan, kebijakan publik, dan dialog antaragama. Dengan demikian, Islam dapat terus memainkan peran penting dalam membentuk moralitas individu dan masyarakat di tengah dinamika global.

     

    Meskipun Islam menawarkan solusi yang jelas terhadap tindakan amoral, tantangan dalam implementasinya tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah interpretasi yang beragam terhadap ajaran Islam. Perbedaan interpretasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan bahkan konflik dalam masyarakat. Selain itu, globalisasi dan pengaruh budaya asing juga menjadi tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai Islam. Namun, dengan pendekatan yang inklusif dan dialog antaragama, tantangan ini dapat diatasi.

     

    Implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dalam berbagai aspek, mulai dari pendidikan hingga kebijakan publik. Di Indonesia, misalnya, pendidikan agama Islam menjadi bagian integral dari kurikulum nasional, yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral sejak dini. Masyarakat yang mendapatkan pendidikan agama Islam yang baik cenderung memiliki tingkat kesadaran moral yang lebih tinggi. Selain itu, kebijakan publik yang berlandaskan prinsip-prinsip Islam, seperti zakat dan wakaf, juga berkontribusi dalam mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi, yang seringkali menjadi akar dari tindakan amoral. Wallahu muwafiq ila aqamuthariq.

     


    Komentar

    Tampilkan

    • Cara Mengatasi Tindakan Moral
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”