Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Iblis, Simbol Kesombongan Dan Keangkuhan

    Kamis, 10 Juli 2025, Juli 10, 2025 WIB Last Updated 2025-07-10T23:19:07Z

     

    Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA
    (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)

    Tafsir Al-Qur'an Oleh : Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA


    Surah Al-Isra’ ayat 61:

    " "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: 'Sujudlah kalian kepada Adam,' lalu mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia berkata, 'Apakah aku harus sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” (QS. Al-Isra ayat 61)

    Ayat ini mengingatkan kembali kepada kisah penciptaan manusia pertama, yaitu Nabi Adam ‘alaihis salam, dan perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan, bukan ibadah. Hal ini disebutkan berulang kali oleh Allah SWT di berbagai redaksi al-Qur’an. Namun diksi ‘sujud’ di sini bukan bentuk penyembahan kepada Adam AS, namun sujud ini merupakan bentuk pengakuan terhadap kemuliaan Adam yang Allah berikan karena keilmuannya dan karena telah ditiupkan ruh dari-Nya.

    Dijelaskan dalam al-Qur’an bahwa golongan malaikat menaati perintah Allah SWT dan bersujud kepada Adam, kecuali Iblis. Penolakan Iblis menjadi bukti awal kesombongannya. Iblis, sebagaimana disebutkan dalam beberapa tafsir, diantaranya menurut Tafsir Ibnu Katsir, bahwa Iblis termasuk golongan jin, bukan malaikat, tetapi ia dahulu berada di tengah-tengah para malaikat karena kesalehannya, sehingga ia pun turut diberi perintah. Namun, Iblis berani menjawab dan menanggapi perintah Allah SWT dengan pongah dan kesombongan yang belum pernah sebelumnya terjadi.

    Ucapan Iblis dalam ayat ini menunjukkan sikap membangkang dan arogan. Ia menganggap dirinya lebih baik daripada Adam karena merasa diciptakan dari api, sementara Adam hanya dari tanah. Pandangan ini mencerminkan logika keliru yang menjadi dasar kesombongannya. Hal tersebut juga sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-Muyassar, bahwa Iblis tidak menerima kenyataan bahwa seseorang yang diciptakan dari tanah lebih mulia dari dirinya, yang meyakini bahwa unsur penciptannya lebih mulia, yaitu dari api.

    Penolakan sujud oleh Iblis tidak hanya merupakan tindakan tidak taat, tetapi juga menunjukkan penentangan terhadap keputusan Allah. Ia mempertanyakan hikmah dan kebijaksanaan Allah dalam menciptakan makhluk yang dari tanah, seolah-olah penciptaan itu kurang pantas untuk dihormati. Ini adalah bentuk kufur yang nyata.

    Diuraikan dalam Tafsir Jalalayn, Iblis merasa lebih mulia karena unsur api dianggap lebih ringan, terang, dan cepat, sementara tanah dianggap lebih rendah dan berat. Namun, Allah tidak menilai dari unsur penciptaan, melainkan dari ketaatan, ilmu, dan kemuliaan ruh. Ini mengajarkan bahwa kemuliaan di sisi Allah tidak diukur dari asal-usul atau status, tetapi dari keimanan dan ketakwaan.

    Ala kulli hal, ayat ini menjadi peringatan bagi manusia agar tidak jatuh ke dalam sifat sombong dan membangkang seperti Iblis. Kesombongan adalah penyakit hati yang menyebabkan seseorang menolak kebenaran dan merendahkan yang lain. Konsekuensi kesombongan Iblis ini ternyata yang menyebabkan ‘permusuhan abadi’ antara bangsa manusia dan Iblis serta golongannya sampai hari kiamat.  Dari sini, kita belajar bahwa ketaatan kepada Allah harus didasari oleh keikhlasan dan kerendahan hati, bukan perasaan lebih tinggi dari orang lain. Wallahu al-musta’an.


    Komentar

    Tampilkan

    • Iblis, Simbol Kesombongan Dan Keangkuhan
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”