Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Pernahkah Kita Menerima Hadiah? Pelajaran dari peristiwa hijrah

    Kamis, 10 Juli 2025, Juli 10, 2025 WIB Last Updated 2025-07-10T23:15:21Z

     

    Dr. Tgk. H. Edi Saputra, Lc.,MA
    (Penceramah Masjid Raya Baiturrahman)


    Oleh : Dr. Tgk. H. Edi Saputra, Lc.,MA


    Unta Qashwa' adalah kendaraan yang digunakan Rasulullah saw pada saat beliau melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Unta ini awalnya pemberian Abu Bakar r.a kepada Rasulullah saw pada hari pertama hijrah, namun Rasulullah saw tidak mau menerimanya secara cuma-cuma. Unta ini harganya sangat mahal, 800 keping uang Dirham/perak, atau setara dengan Rp 500 juta lebih. Oleh sebab itu Rasulullah ingin membelinya kepada Abu Bakar.

    Pada saat Rasulullah saw tiba di Madinah, Rasulullah saw dikunjungi oleh Salman Alfarisi dengan membawa sekantong kurma sebagai sedekah, dan Rasulullah saw pun menolak memakan sedekah. Keesokan harinya, Salman datang kembali membawa kurma sebagai hadiah, Rasulullah saw pun menerima dan memakannya. Terbuktilah ciri nabi terakhir yang selama ini dicari-cari oleh Salman, yaitu "tidak menerima sedekah, tapi menerima hadiah". Pada akhirnya Salman pun masuk islam.

    Pada saat Rasulullah saw ingin membangun mesjid di lahan milik dua orang anak yatim yang diasuh oleh As`ad bin Zurarah, maka mereka dengan gembira ingin menghibahkan tanah tersebut kepada Rasulullah saw. Rasulullah enggan menerimanya kecuali dengan membelinya, maka akhirnya tanah itu dibeli dengan harga 10 keping uang Dinar/emas, sekitar 45 gram emas. Dan mesjid pun dibangun dengan luas kurang lebih 2.500 m2.      

    Itulah 3 sikap yang diperlihatkan oleh Rasulullah saw pada saat peristiwa hijrah terkait menerima pemberian hadiah dari orang lain. Kadang beliau terima dan kadang pula beliau menolaknya. Tentunya, pihak yang memberi (dalam hal ini) Abu Bakar Asshiddiq, Salman Alfarisi dan dua anak yatim yang diasuh oleh As`ad bin Zurarah r.a, tidak mengharapkan apa-apa, melainkan didorong oleh rasa cinta mereka kepada Rasulullah saw.

    Dimasa-masa berikutnya keberadaan Rasulullah saw di Madinah, beliau kembali memperoleh hadiah yang sangat mahal dari penguasa Mesir bernama Muqauqis. Hadiah itu berupa 2 orang budak perempuan adik kakak: Mariah dan Sirin, dan juga seekor Begal yang merupakan hasil kawin silang kuda betina dan keledai jantan (kebalikan dari Begal disebut Burzun, ayahnya kuda ibunya keledai), hewan Begal ini diberi nama Duldul. Rasulullah saw pun menerima hadiah itu, padahal Muqauqis dikenal bukan seorang muslim. Pemberian itu diterima oleh Rasulullah saw karena murni hadiah penghormatan, tidak ada unsur lain seperti berkedok hadiah dimaksudkan sebagai sogokan.

    Dalam pembelajaran kepada para sahabat, beliau menganjurkan kepada mereka untuk saling memberi hadiah, seraya bersabda: "hendaklah kalian saling memberi, supaya kalian saling mencintai" (H.R. Bukhari). Beliau juga mengajarkan untuk membalas kebaikan orang yang memberi hadiah, seraya bersabda: "siapa saja yang memberi hadiah kepadamu, maka balaslah dengan yang setimpal, kalau kamu tidak mampu maka balaslah dengan doa!" (H.R.Ahmad).

    Dalam kasus kenegaraan, Rasulullah saw memarahi sebagian sahabat yang menerima pemberian atas nama "hadiah", seperti hadiah yang diberikan kepada seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Litbiyah yang ditugaskan untuk mengutip zakat, karena dia sudah digaji oleh Rasulullah saw dengan upah yang layak, terkait dengan ini beliau pernah bersabda: "hadiah yang diterima oleh para pegawai negara adalah seperti barang curian", (H.R. Ahmad), hal itu dianggap sudah melebihi haknya atau gajinya.

    "hadiah" terkadang juga identik dengan "sogokan", hal ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Al-quran surat An Naml ayat 35-36, yang artinya:

    dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan mebawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu”.

    “maka ketika para utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu”.

    Penolakan Nabi Sulaiman a.s terhadap hadiah Ratu Balqis, sebenarnya dikarenakan itu adalah “sogokan”, tapi berkedok “hadiah”, agar Nabi Sulaiman mengurung niatnya untuk memerangi Ratu Balqis.

    Tentu saja, setiap kita pernah mendapatkan pemberian hadiah, dari beberapa model hadiah yang pernah diceritakan dalam Al-quran dan diajarkan oleh Rasulullah saw, maka untuk ke depan, hadiah model manakah yang boleh kita terima? Mari kita menjawabnya masing-masing di dalam hati!


    Komentar

    Tampilkan

    • Pernahkah Kita Menerima Hadiah? Pelajaran dari peristiwa hijrah
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”