
![]() |
Tgk. H. Syarifuddin, M.Ag.,Ph.D (Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry) |
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah : 119)
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, Tuhan semesta alam. Dialah yang menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan kejujuran sebagai bagian dari iman. Kita memohon pertolongan dan ampunan hanya kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan dari keburukan amal perbuatan kita.
Kejujuran dalam bahasa agama disebut “al-shidq” dalam kamus al-Munjid diartikan “Muthâbaqah Al-hakam lil-wâqi’, al-khabar ‘an al-syai’ ‘alâ mâ hawa bihi, wal-shidq dhiddu al-kadzib. Artinya kesesuaian suatu penilaian dengan kenyataan kenyataan, atau berita tentang sesuatu sesuai dengan apa adanya, dan kejujuran (al-shidq) merupakan lawan dari kata kebohongan (al-kazib)/ kepalsuan. Menurut Imam al-Tabary; “al-shiddîqûn hum al-ladzîna shadaqû-llâha fi aqwâlihim wa a’mâlihim wa niyyâtihim”, artinya mereka adalah orang-orang yang jujur kepada Allah dalam “perkataan”, “perbuatan”, dan “niatnya”.
Jujur adalah bersatunya suara hati, ucapan, dan perbuatan, dan pastilah tidak ada yang rela dikatakan bohong atau disamakan dengan perilaku hewan yang tidak memiliki akal dan pikiran. Jujur mencerminkan sikap hati yang menggambarkan ketaatan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang jujur pasti tetap patuh kepada Allah dan menjalankan tuntutan Rasulullah Saw. Manusia yang paling jujur di dunia ini adalah Nabi Muhammad Saw, selain memiliki sifat al-Shiddîq, juga diberi gelar al-Amîn. Hal tersebut karena beliau dikenal dengan konsistennya menjalankan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupannya sehari-hari.
Dalam surah al-Taubah 119 Allah swt berfirman; “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur”. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa “kejujuran/al-shidq” bukan hanya sifat orang beriman dan bertaqwa, tetapi kejujuran itu juga “lingkungan” masyarakat yang harus dibangun. Islam memerintahkan umatnya untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan keselamatan.
Lantas kenapa kejujuran itu harus dibagun menjadi “lingkungan” sebuah masyarakat”? Hal ini dikarenakan kejujuran adalah fondasi dalam kehidupan umat manusia. Seorang pedagang tidak akan dipercaya tanpa kejujuran. Seorang pemimpin akan gagal bila tidak jujur. Seorang pelajar atau mahasiswa, bila tidak jujur, akan kehilangan keberkahan ilmu. Bahkan rumah tangga pun akan rapuh tanpa kejujuran. Betapa banyak krisis moral, korupsi, penipuan, dan perpecahan hari ini terjadi karena hilangnya kejujuran.
Jujur merupakan ciri khas dan karakter yang ada dalam diri semua umat Islam yang tidak bisa dipisahkan. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an; “Yâ ayyuhalldzîna âmanû ittaqullâha wa qûlû qaulan sadîdan”. Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS Al-Ahzab : 70). Imam at-Thabari dalam dalam tafsirnya “Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîlil Qur’ân” (juz XX, halaman 336), pada frasa “qaulan sadîdan” pada ayat di atas memiliki makna perkataan yang jujur. Artinya, kita semua sebagai orang beriman harus selalu jujur dalam semua tindakan dan perkataan.
Rasulullah memberikan arahan yang sangat jelas bahwa kita harus selalu berpegang pada kejujuran, karena kejujuran adalah kunci menuju kebaikan. Ketika seseorang terbiasa jujur dalam setiap perkataan dan tindakannya, ia akan menemukan bahwa kejujuran itu membimbingnya ke arah perbuatan-perbuatan baik “al-birr”. Kata “al-birr” adalah segala bentuk kebaikan, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Ketika seseorang menjalani hidupnya dengan kejujuran, ia tak hanya memperbaiki diri, tetapi juga memberi dampak positif pada lingkungannya. Kebaikan ini, pada gilirannya, akan mengantarkannya ke surga, karena surga adalah tempat bagi mereka yang hidup dengan integritas dan kebaikan. Rasulullah saw bersabda; “Hendaklah kalian selalu bersikap jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan membawa pada surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur (shiddîq). Dan jauhilah olehmu akan kebohongan (al-kadzib), karena sesungguhnya kebohongan akan membawa pada keburukan, dan keburukan akan membawa pada neraka. Seseorang yang senantiasa berbohong akan dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (al-kazzâb).” (HR Bukhari & Muslim).
Dalam pandangan ilmu psikologi positif, kejujuran merupakan sikap pribadi yang sejati. Kejujuran bukan hanya sebatas mengatakan yang benar saja, tetapi manusia yang jujur akan menjalani kehidupannya dengan apa adanya. Sikap yang ditunjukkan adalah sikap yang sebenarnya tanpa berpura-pura dan memakai topeng. Sehingga manusia yang jujur adalah sikap yang membumi, artinya menyatu dengan segala persoalan dan tampil terbuka menjalani kehidupannya. Kehidupan manusia yang jujur akan lebih bahagia karena tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak takut dengan segala yang dimiliki dan dilalui dalam hidupnya.
Sebaliknya orang yang imannya tidak sempurna akan cenderung pada perilaku tidak jujur dan tidak menjunjung tinggi kebenaran yaitu bohong (al-kadzib) yang pada akhirnya akan selalu berbuat dosa. Dosa-dosa yang selalu diperbuat akan membawanya menuju neraka. Orang yang tidak jujur dan selalu berbohong akan selalu berbuat kedurhakaan, durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, dan durhaka kepada sesama manusia. Kehidupannya selalu dalam ketidakpastian, ketidaktenangan, dan benak serta otaknya akan memproduksi kebohongan-kebohongan baru.
Berdusta (al-kadzib) merupakan karakter orang munafik, yaitu sifat seseorang yang menampakkan baik di pandang orang lain padahal menyembunyikan keburukan dan kebusukan. Segala yang ditampakkan berbeda dengan kenyataannya. Mereka tidak dapat menghadapi kenyataan sehingga berdusta bila berbicara, mengingkari janji jika mereka berjanji, dan berkhianat jika diberikan kepercayaan.
Oleh karenanya, kejujuran jangan sekedar menjadi sifat orang beriman dan bertakwa, tetapi mari kita menjadikan kejujuran sebagai pondasi lingkungan masyarakat modern. Islam memerintahkan umatnya untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan keselamatan. Wallâhu a’lam bi al-shawâb.