Judul Terbaru

    Back Groud MRB (atas)


     

    Pengumuman

    Jadwal Shalat

    Ketetapan Ilahi dan Kedudukan Para Nabi

    Kamis, 22 Mei 2025, Mei 22, 2025 WIB Last Updated 2025-05-22T14:53:08Z

    Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, Lc.,MA
    (Imam Besar MRB)

    QS. Al-Isra ayat 55:

    Artinya: “Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah melebihkan sebagian nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud”. (QS. Al-Isra ayat 55)

    Ayat ini diawali dengan pernyataan bahwa Allah Maha Mengetahui siapa yang berada di langit dan di bumi. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa ini menunjukkan keluasan ilmu Allah yang mencakup semua ciptaan-Nya, baik malaikat di langit, manusia, jin, maupun makhluk lainnya di bumi. Pengetahuan ini tidak hanya sebatas siapa mereka, tetapi juga mencakup perbuatan, niat, keimanan, dan kedudukan mereka di sisi-Nya.

    Lanjutan ayat ini menyebut bahwa Allah telah melebihkan sebagian nabi atas sebagian yang lain. Dalam Tafsir Al-Baghawi dan Tafsir Al-Qurthubi, dijelaskan bahwa keutamaan ini bisa berupa mukjizat yang diberikan, keistimewaan syariat yang dibawa, kedekatan spiritual, serta pengaruh dakwah mereka. Misalnya, Nabi Musa diberi Taurat, Nabi Isa diberi Injil, dan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yang membawa Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia.

    Di dalam Tafsir Al-Misbah ditjabarkan bahwa perbedaan kedudukan para nabi bukanlah bentuk ketidakadilan, melainkan bagian dari kehendak dan kebijaksanaan Allah. Masing-masing nabi memiliki misi yang sesuai dengan kondisi umatnya, sehingga pemberian keutamaan itu disesuaikan dengan peran dan konteks zaman mereka diutus. Tidak semua nabi harus sama, karena fungsi kenabian itu beragam.

    Dalam ayat ini, Zabur disebut sebagai bentuk wahyu khusus yang diberikan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salam. Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa Zabur adalah kitab suci yang berisi pujian dan zikir, tidak mengandung hukum-hukum syariat seperti Taurat dan Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa wahyu yang diturunkan Allah juga berbeda-beda sesuai kebutuhan umat pada masanya. Dawud diberikan Zabur sebagai bentuk keutamaan dan ketenangan bagi Bani Israil pada saat itu.

    Ayat ini juga merupakan koreksi terhadap sebagian kaum musyrik yang meragukan kenabian Muhammad atau mempertanyakan mengapa beliau dipilih dari kalangan manusia biasa. Allah ingin menegaskan bahwa Dia yang paling tahu siapa yang layak menjadi nabi. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa sebagaimana Allah memilih nabi-nabi terdahulu sesuai hikmah-Nya, maka pemilihan Nabi Muhammad pun adalah keputusan Allah yang penuh ilmu dan hikmah.

    Secara akidah, ayat ini mengajarkan bahwa kenabian adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia. Maka, manusia tidak boleh iri atau mempersoalkan pilihan Allah. Dari sisi etika beragama, ayat ini menanamkan rasa hormat terhadap para nabi dan kitab-kitab terdahulu. Umat Islam diperintahkan untuk mengakui semua nabi yang diutus Allah dan tidak membeda-bedakan mereka dalam hal keimanan, meskipun sebagian memiliki keistimewaan lebih dari yang lain. Wallahu al-Musta’an.

    Komentar

    Tampilkan

    • Ketetapan Ilahi dan Kedudukan Para Nabi
    • 0

    Jadwal Shalat

    ”jadwal-sholat”