
![]() |
Tgk. H. Rusli Daud, S.H.I.,M.Ag (Pimpinan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh Banda Aceh) |
Oleh : Tgk. H. Rusli Daud, S.H.I.,M.Ag
Memperingati Maulid Rasulullah SAW
Marilah
kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan
sebenar-benarnya takwa, yaitu melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benar takwa, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan Muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102).
Pada
bulan Rabi’ul Awal ini, umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad,
yakni kelahiran manusia agung yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Allah
menegaskan:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat ini menunjukkan bahwa
kelahiran dan diutusnya Rasulullah merupakan anugerah terbesar bagi manusia,
jin, dan seluruh makhluk. Rahmat yang beliau bawa meliputi cahaya petunjuk,
syariat yang sempurna, dan teladan akhlak mulia.
Peringatan Maulid Nabi bukanlah
sekadar acara seremonial atau tradisi semata, tetapi ia merupakan momentum
untuk menyegarkan kecintaan kita kepada Rasulullah mengenang perjuangan
beliau, serta meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah
bersabda yang atrrtinya:
“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai aku lebih ia
cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa
kecintaan kepada Nabi Muhammad adalah syarat kesempurnaan iman. Maka
memperingati Maulid beliau adalah salah satu bentuk ekspresi cinta, dengan cara
memperbanyak shalawat, mendengar sirah Nabawiyah, dan berusaha meneladani
sunnahnya.
Kelahiran Rasulullah membawa
perubahan besar dalam sejarah manusia. Dari masyarakat jahiliyah yang penuh
kesyirikan, penindasan, dan kebodohan, menuju masyarakat tauhid yang beradab,
bermoral, dan penuh keadilan. Allah berfirman:
“Sungguh Allah telah
memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika Dia mengutus di tengah-tengah mereka
seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada
mereka. Sesungguhnya sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Ali ‘Imran: 164).
Ayat ini menegaskan bahwa kelahiran
Nabi adalah nikmat terbesar yang wajib disyukuri. Bentuk syukur itu bukan hanya
dengan perayaan, tetapi lebih penting lagi adalah dengan menghidupkan ajaran
beliau dalam kehidupan nyata: dalam ibadah, muamalah, dan akhlak sehari-hari.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Ada beberapa hal penting yang bisa
kita ambil dari peringatan Maulid Nabi:
1. Menguatkan
kecintaan kepada Rasulullah.
2. Meneladani
akhlak Rasulullah
3. Meneguhkan Syukur atas nikmat Allah SWT.
Allah memuji beliau dalam firman-Nya:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas budi pekerti
yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).
Rasulullah adalah sosok yang penuh kasih sayang, jujur, amanah, sabar, dan pemaaf. Peringatan Maulid adalah momentum untuk bersyukur, sebagaimana firman Allah:
“Dan ingatkanlah mereka
kepada hari-hari (nikmat) Allah.” (QS. Ibrahim: 5).
Hari kelahiran Rasulullah adalah
salah satu “hari Allah” yang penuh dengan karunia.
Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan
Allah,
Mari kita isi peringatan Maulid
dengan kegiatan yang bermanfaat: memperdalam ilmu agama, menguatkan
persaudaraan, meningkatkan kepedulian sosial, dan memperbanyak ibadah. Jangan
sampai Maulid hanya menjadi rutinitas tanpa makna, tetapi harus menjadi
penggerak semangat untuk memperbaiki diri dan masyarakat sesuai ajaran
Rasulullah.
Momentum Maulid Nabi ini hendaknya
kita jadikan sebagai pengingat bahwa Rasulullah telah menyampaikan risalah
dengan sempurna. Tugas kita adalah menjaga, mengamalkan, dan meneruskan ajaran
beliau.
Rasulullah
bersabda:
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama
berpegang teguh kepada keduanya: Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik).
Karena itu, mari kita kuatkan
hubungan kita dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dengan keduanya, hidup kita
akan terarah, masyarakat kita akan tenteram, dan umat Islam akan kembali jaya.
Selain meneladani akhlak Rasulullah
memperingati Maulid Nabi juga mengingatkan kita akan pentingnya menyebarkan
dakwah Islam dengan penuh hikmah. Rasulullah berhasil mengubah bangsa Arab
yang berpecah-belah menjadi umat yang bersatu. Allah menegaskan dalam
firman-Nya:
“Dialah (Allah) yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan
(dukungan) orang-orang mukmin. Dan Dialah yang mempersatukan hati mereka.” (QS.
Al-Anfal: 62–63).
Ini menjadi pelajaran berharga
bahwa peringatan Maulid harus mendorong kita mempererat ukhuwah Islamiyah,
memperkuat solidaritas, dan menjauhi perpecahan.
Salah satu bentuk syukur atas
kelahiran Rasulullah adalah dengan memperbanyak shalawat kepadanya. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Bershalawat
tidak hanya mengandung doa bagi Rasulullah, tetapi juga menjadi sebab turunnya
rahmat dan ampunan Allah bagi kita. Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat
kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Maka, memperingati Maulid Nabi
hendaknya menjadi momentum memperbanyak shalawat, baik di masjid, majelis,
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, memperingati Maulid
Rasulullah juga mengingatkan kita akan perjuangan beliau dalam membangun umat.
Beliau berdakwah dengan penuh kesabaran, menghadapi hinaan, penolakan, bahkan
ancaman pembunuhan. Namun semua itu beliau hadapi dengan keikhlasan dan
keteguhan.
Keteladanan Rasulullah dalam
berdakwah harus kita tiru, terutama dalam kondisi umat Islam sekarang yang
menghadapi banyak tantangan: krisis moral, melemahnya ukhuwah, serta godaan
dunia yang melalaikan. Oleh karena itu, kita harus kembali kepada teladan
Rasulullah dalam membina keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Jamaah Jumat yang mulia,
Peringatan Maulid Nabi juga bisa
kita jadikan momentum untuk memperbaiki kualitas ibadah. Rasulullah adalah
orang yang paling taat kepada Allah, paling khusyuk dalam shalat, paling rajin
dalam berdoa, dan paling zuhud dalam kehidupan dunia.
Beliau bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah
amalan yang terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka, hendaknya kita jadikan Maulid
ini sebagai semangat untuk memperbaiki ibadah harian kita, baik shalat, membaca
Al-Qur’an, maupun amal kebaikan lainnya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi juga
mengajarkan kita untuk meningkatkan kepedulian sosial. Rasulullah adalah
pribadi yang dermawan. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Rasulullah adalah manusia yang paling
dermawan, dan beliau semakin dermawan pada bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Jika beliau begitu dermawan, maka
kita sebagai umatnya hendaknya meneladani akhlak beliau dengan menolong yang
lemah, membantu fakir miskin, menyantuni anak yatim, dan peduli terhadap
sesama. Inilah bukti kecintaan sejati kepada Rasulullah.
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia
Marilah
kita renungkan bersama, apakah kita sudah benar-benar menjadi umat yang
dirindukan Rasulullah? Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
Para sahabat bertanya: “Bukankah kami ini saudaramu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Kalian adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah
mereka yang beriman kepadaku padahal mereka belum pernah melihatku.” (HR.
Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa
Rasulullah merindukan umatnya di akhir zaman yang beriman meski tidak pernah
bertemu langsung dengan beliau. Maka sudah selayaknya kita membalas kerinduan
beliau dengan iman yang teguh, ibadah yang ikhlas, akhlak yang mulia, dan
kecintaan yang nyata.