-->

Back Groud MRB (atas)


 

Pengumuman

Jadwal Shalat

Rukun Islam dan Rukun Iman sebagai Landasan Kehidupan Muslim

mrb
Wednesday, September 3, 2025, September 03, 2025 WIB Last Updated 2025-09-04T00:35:59Z

 

Abu Paya Pasi
(Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)


Rukun Islam ada lima, yaitu: mengucapkan dua kalimat syahadat, melaksanakan salat lima waktu sehari semalam, membayar zakat apabila telah mencapai nisab dan haul, berpuasa di bulan Ramadan, serta menunaikan haji bagi yang mampu.


Selain itu, kita wajib meyakini enam rukun iman. Pertama, beriman kepada Allah. Kedua, beriman kepada rasul Allah. Ketiga, beriman kepada kitab Allah, yaitu Al-Qur’an. Allah SWT menegaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 1–2: “Inilah Kitab (Al-Qur’an) yang tidak ada keraguan padanya, menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah.”


Rukun iman yang ketiga ini berkaitan erat dengan syariat. Ada perintah dan ada larangan. Tugas kita adalah melaksanakan perintah Allah dengan sungguh-sungguh serta meninggalkan larangan-Nya. Jika kita taat, balasannya adalah surga. Sebaliknya, jika kita meninggalkan perintah Allah, balasannya adalah neraka. Inilah yang kemudian berkaitan dengan ilmu tasawuf, yakni ilmu yang berhubungan dengan hati dan kesadaran akan akibat dari setiap amal perbuatan.


Rukun iman yang keempat adalah beriman kepada malaikat beserta tugas-tugasnya. Rukun iman kelima adalah beriman kepada hari kiamat. Pada hari itu, Allah akan memberikan surga kepada hamba-hamba yang taat dan neraka kepada mereka yang bermaksiat. Walaupun di dunia ini kita tidak pernah melihat surga maupun neraka, kita wajib meyakini keduanya. Itulah hakikat iman, percaya sepenuhnya kepada apa yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan hadis, tanpa perlu melihatnya langsung.


Rukun iman yang keenam adalah beriman kepada qadha dan qadar Allah SWT. Hidup dan mati, panjang atau pendeknya umur, segala yang terjadi dalam hidup kita, semuanya telah ditetapkan oleh Allah jauh sebelum langit dan bumi diciptakan. Bahkan apa yang kita kenakan dan di mana kita duduk saat ini, semuanya sudah ada dalam ilmu Allah SWT.


Dengan demikian, iman yang sempurna adalah ketika kita meyakini seluruh enam rukun iman, bukan hanya sebagian. Jika kita meninggalkan salah satunya, maka iman kita menjadi pincang dan berbahaya. Rasulullah SAW telah bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim: “Man ahdatsa fi amrina hadza maa laisa minhu fahuwa raddun” siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama yang tidak sesuai dengan Rasulullah, maka tertolak.


Ibarat sandal, jika kita hanya memakai sebelah, langkah kita akan pincang. Begitu pula agama, harus dijalankan secara utuh. Rasulullah SAW pernah memberikan nasihat yang membuat dada para sahabat bergetar hingga meneteskan air mata. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, berilah kami wasiat agar selamat dunia dan akhirat.” Beliau menjawab, “Ittaqullah, takutlah kalian kepada Allah.” Beliau juga mengingatkan, setelah beliau wafat akan muncul perpecahan umat menjadi 73 golongan, dan semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu mereka yang berpegang pada sunnah Rasulullah dan sunnah Khulafaur Rasyidin.


Khulafaur Rasyidin memimpin selama 30 tahun setelah Rasulullah wafat. Pertama, Abu Bakar Ash Shiddiq selama 2 tahun 3 bulan. Kedua, Umar bin Khattab selama 10 tahun 6 bulan. Ketiga, Utsman bin Affan selama 13 tahun. Keempat, Ali bin Abi Thalib selama 4 tahun 6 bulan. Setelah itu, Hasan bin Ali memimpin selama 6 bulan sebelum menyerahkannya kepada Muawiyah. Dengan demikian, genaplah 30 tahun masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.


Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Ati‘ullaha wa ati‘ur rasula wa ulil amri minkum (Q.S Annisa: 59)” “Taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri di antara kamu.” Yang dimaksud ulil amri di sini adalah para Khulafaur Rasyidin, karena merekalah penerus langsung kepemimpinan Rasulullah.


Pada masa Abu Bakar, terjadi banyak peperangan melawan orang murtad dan nabi palsu. Banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur. Umar kemudian mengusulkan kepada Abu Bakar agar Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis. Awalnya Abu Bakar ragu karena hal itu tidak dilakukan pada masa Rasulullah. Namun setelah dijelaskan oleh Umar, akhirnya beliau menerima usulan tersebut. Umar berkata, “Jika tidak ditulis, Al-Qur’an bisa hilang. Lebih baik dianggap bodoh karena menulis, daripada kehilangan Al-Qur’an.” Maka dimulailah pengumpulan dan penulisan mushaf Al-Qur’an.


Komentar

Tampilkan

  • Rukun Islam dan Rukun Iman sebagai Landasan Kehidupan Muslim
  • 0


Jadwal Shalat

”jadwal-sholat”