
![]() |
Haris Darmawan, ST.,MT' (Pengurus Remaja Masjid Raya Baiturrahman) |
Setiap Perbuatan Akan Diminta Pertanggungjawaban
Oleh : Haris Darmawan, S.T., M.T.
Dalam kehidupan manusia, ada satu kepastian yang tidak dapat dihindari: setiap amal, sekecil apa pun, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT pada hari kiamat. Al-Qur’an berulang kali mengingatkan bahwa manusia tidak diciptakan sia-sia, melainkan untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, semua gerak-gerik, ucapan, bahkan lintasan hati akan dicatat oleh malaikat dan kelak diperlihatkan di akhirat. Masa remaja adalah salah satu fase penting dalam kehidupan, di mana manusia berada pada titik persimpangan antara kebaikan dan keburukan. Banyak anak muda yang lalai karena terbuai dengan kesenangan dunia, padahal justru di usia itulah Allah akan menanyakan sejauh mana mereka menjaga amanah yang diberikan.
Islam menegaskan bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatannya. Firman Allah dalam surat Az-Zalzalah ayat 7–8 menegaskan: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya pula).” Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada perbuatan yang terlewat, meskipun kecil seperti biji zarrah (atom). Bahkan hal-hal yang sering dianggap remeh seperti senyuman, kata-kata, atau niat dalam hati, semuanya berada dalam catatan amal. Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini mempertegas bahwa kehidupan manusia adalah amanah, dan setiap aspek akan dipertanyakan di hadapan Allah.
Masa remaja sendiri adalah periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, di mana emosi, fisik, dan spiritual masih mencari jati diri. Di fase ini, manusia cenderung bersemangat mencoba hal-hal baru, ingin diakui, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Banyak remaja yang terjerumus pada perbuatan yang sia-sia, seperti menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial tanpa manfaat, mengikuti pergaulan bebas, hingga melalaikan ibadah. Padahal, justru di masa muda inilah Allah sangat memperhatikan bagaimana manusia menggunakan waktunya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang fakirmu, waktu luangmu sebelum datang sibukmu, dan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Hakim). Hadis ini mengisyaratkan bahwa masa muda adalah peluang emas untuk menabung amal saleh, bukan masa untuk bermalas-malasan atau mengabaikan kewajiban.
Di akhirat kelak, Allah akan membuka semua catatan amal yang selama ini dijaga oleh para malaikat. Dalam surat Qaf ayat 17–18 disebutkan: “Ketika dua malaikat mencatat (amal perbuatannya), seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” Setiap ucapan remaja, entah berupa candaan, ucapan kasar, ataupun doa, semuanya tercatat. Begitu pula dengan perbuatan yang dilakukan dalam kesunyian sekalipun. Di hari kiamat, tidak ada ruang untuk berbohong atau mengelak, karena catatan itu akan dibacakan secara langsung. Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 49: “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang ada di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.’ Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” Ayat ini menegaskan keadilan Allah yang sempurna. Bahkan perbuatan kecil seperti menunda salat, berbohong kepada orang tua, atau menyakiti teman akan tercatat dengan jelas.
Masa remaja sesungguhnya adalah amanah besar. Di usia ini seseorang memiliki kekuatan, energi, serta kesempatan yang jarang dimiliki saat tua. Allah akan menanyakan apakah energi itu digunakan untuk ketaatan atau justru untuk kesia-siaan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyebutkan tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah: “Seorang pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan betapa mulianya remaja yang menjaga imannya sejak muda. Mereka akan mendapat perlindungan istimewa ketika manusia lain kebingungan di bawah terik matahari kiamat.
Beberapa contoh nyata pertanggungjawaban di masa remaja dapat dilihat dari hal-hal sederhana. Pertama, salat lima waktu. Remaja sering meremehkan salat dengan alasan sibuk sekolah, bermain, atau berkumpul bersama teman. Padahal, salat adalah tiang agama yang pertama kali dihisab. Kedua, pergaulan. Pilihan teman sangat memengaruhi. Nabi bersabda: “Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang dijadikan teman.” (HR. Abu Daud). Pertanggungjawaban di akhirat akan menyinggung sejauh mana remaja menjaga pergaulannya. Ketiga, penggunaan waktu luang. Bermain game, scrolling media sosial, atau menonton hiburan tanpa batas mungkin terasa menyenangkan. Namun, semua waktu luang yang terbuang tanpa kebaikan akan ditanyakan: “Untuk apa masa mudamu dihabiskan?” Keempat, lisan dan media sosial. Di era digital, ucapan tidak hanya keluar dari mulut, tapi juga dari jari. Setiap status, komentar, dan unggahan akan dimintai pertanggungjawaban, sebagaimana ucapan lisan di dunia nyata. Kelima, hubungan dengan lawan jenis. Remaja sering tergoda dengan cinta buta. Islam tidak melarang mencintai, tetapi melarang mendekati zina. Semua bentuk interaksi yang melanggar syariat akan ditanyakan di akhirat.
Agar tidak menyesal di hari kiamat, remaja harus mulai membangun kesadaran spiritual sejak dini. Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan antara lain menjaga salat tepat waktu sebagai bekal utama yang akan menjadi cahaya di akhirat, mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat seperti belajar, membaca Al-Qur’an, menulis, atau berolahraga, bersahabat dengan orang-orang saleh agar tetap istiqamah, mengendalikan diri dari godaan dengan menjauhi maksiat, menjaga pandangan, atau berpuasa sunnah, serta bertaubat sejak muda karena Allah Maha Pengampun dan pintu taubat terbuka selama nyawa belum sampai tenggorokan.
Hidup hanyalah perjalanan singkat menuju akhirat. Remaja yang hari ini sibuk bersenang-senang tanpa ingat Allah mungkin merasa aman, tetapi kelak semua akan diperhitungkan. Pertanggungjawaban di akhirat adalah kepastian, bukan sekadar cerita. Masa muda adalah kesempatan emas untuk beramal, karena tenaga, waktu, dan pikiran masih segar. Jangan sampai usia berlalu sia-sia lalu kita menyesal di hadapan Allah. Firman Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 99–100 menjadi peringatan keras: “Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, ia berkata: ‘Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.”
Maka, sebelum penyesalan datang, gunakanlah masa remaja dengan sebaik-baiknya. Ingatlah, setiap perbuatan, baik besar maupun kecil, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.