
![]() |
Tgk. H. Mursalin Basyah, Lc.,MA (Penceramah Masjid Raya Baiturrahman) |
Hakikat dunia ini sejatinya hanyalah permainan belaka. Segala kenikmatan yang ditawarkannya bersifat sementara dan tidak hakiki. Dunia seringkali memikat kita dengan gemerlapnya, namun sesungguhnya ia hanya tempat persinggahan. Hati (qalbu) memegang peranan penting dalam menentukan kualitas kehidupan seseorang. Ia adalah pusat dari segala perasaan, niat, dan keputusan. Dengan hati yang bersih dan tunduk kepada Allah, kita akan mampu memaknai hidup dengan lebih baik, menuju tujuan utama kehidupan yaitu kehidupan akhirat.
Para ahli ma'rifat, mereka yang telah memahami hakikat kehidupan dengan mendalam, sadar bahwa dunia bukanlah tujuan utama. Bagi mereka, kehidupan akhirat jauh lebih penting dan abadi. Mereka lebih memilih amal ibadah, kesucian hati, dan kebahagiaan yang kekal di akhirat ketimbang mengikuti hawa nafsu duniawi yang sementara. Mereka menyadari bahwa segala kenikmatan dunia hanya tipu daya yang menipu, dan dunia ini hanya ladang amal untuk kehidupan yang lebih kekal.
Sebagai ilustrasi sederhana, mari kita bayangkan perubahan preferensi seorang anak kecil terhadap mainannya. Ketika masih kecil, mainan menjadi sumber kebahagiaan utama. Namun, seiring berjalannya waktu, mainan itu kehilangan daya tariknya, dan sang anak pun mencari hal-hal yang lebih sesuai dengan usianya. Ini menggambarkan betapa sementara dan tidak hakikinya kenikmatan dunia. Apa yang kita anggap penting dan bernilai tinggi sekarang, suatu saat nanti bisa menjadi biasa dan tak berarti lagi.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda bahwa dunia ini penuh dengan kenikmatan bagi mereka yang mengikuti hawa nafsu. Namun, kenikmatan dunia tersebut tidak ada bandingannya dengan kenikmatan akhirat yang jauh lebih utama dan abadi. Kenikmatan dunia hanya memberi kebahagiaan sesaat, sementara kenikmatan akhirat akan bertahan selamanya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk tidak terjebak dalam kenikmatan dunia yang fana ini, dan lebih memfokuskan diri pada amal yang akan mendatangkan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyerukan agar kita selalu mengingat-Nya dalam segala keadaan, baik saat berdiri, duduk, maupun berbaring. Allah juga memerintahkan kita untuk bertafakur, merenungkan ciptaan-Nya yang agung di alam semesta. Betapa besar kebesaran-Nya yang terhampar dalam setiap detil ciptaan-Nya, dari langit yang luas, bumi yang indah, hingga tubuh manusia yang sempurna. Merenungkan ciptaan Allah membantu kita untuk senantiasa mengingat-Nya, yang merupakan Pencipta segala sesuatu.
Hati kita secara fitrah akan selalu mengingat Allah. Namun, seringkali kita teralihkan oleh kesibukan dunia, dan baru benar-benar mengingat-Nya ketika musibah atau kesulitan datang. Ini adalah bentuk kelalaian yang harus dihindari. Sebagai perumpamaan, bayangkan seorang pasien yang sedang dianestesi. Jika ketidaksadaran pasien tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh dokter untuk melakukan operasi, pasien akan tetap merasakan sakit. Begitu pula dengan kita yang terlalai dari mengingat Allah SWT, jika kita terus larut dalam kehidupan dunia, kita akan merasakan penyesalan mendalam di akhirat kelak.
Meskipun demikian, kehidupan dunia tetap diperlukan sebagai sarana untuk beramal dan beribadah, yang akan menjadi bekal menuju kehidupan akhirat. Dunia adalah tempat di mana kita bisa melaksanakan ibadah dan amal shaleh sebagai persiapan untuk kehidupan yang lebih abadi. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengabaikan dunia, tetapi harus menghadapinya dengan bijaksana, seimbang, dan selalu mengingat tujuan utama hidup kita, yakni meraih kebahagiaan di akhirat. Dunia ini harus dijalani dengan penuh kesadaran bahwa ia adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik di akhirat kelak.