
![]() |
Dr. Amir Khalis, M.H (Wakil Ketua Mahkamah Syar'iyah BNA) |
Oleh : Dr. Amir Khalis, M.H
Bermegah-megahan Dengan Dunia Membuat
Orang Lupa Akhirat
Kata
bermegah megahan disebutkan dalam al-Qur’an dengan kata at-Takaatsur. Artinya
bermegah-megahan telah membuat kamu sibuk dengan kemewahan dan berbangga-bangga
dengan harta yang banyak, anak-anak serta kedudukan dan status sosial di
masyarakat. Secara umum makna at Takaatsur menjelaskan bahwa manusia sibuk
dengan kehidupan dunia dan keindahannya serta berbangga-bangga dengannya yang
kemudian memalingkannya untuk mencari
kehidupan akhirat dan berpaling dari berbuat amal shaleh sampai ajal
menjemputnya. Yang dimaksud dengan at-Takaatsur disini ialah orang yang dilalaikan
oleh harta dan anak serta kedudukan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah at Takaatsur
ayat 1 yang berbunyi:
Artinya: Bermegah-megahan telah
membuat kamu lupa untuk mencari kehidupan akhirat
Surat at-Takaatsur
ini adalah makkiyah artinya ayat tersebut turun ketika Nabi SAW masih berada di
Mekkah. Adapun menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang diriwayatkan dari Ibnu
Buraidah menjelaskan bahwa sebab turunnya (asbaab al Nuzul) surah
tersebut karena pada saat itu, ada 2 (dua) kabilah atau kelompok dari
kabilah-kabilah kaum Anshar yaitu Bani Haritsah dan Bani Haarits yang saling
berbangga-bangga dan bermegah-megahan dimana salah satu kelompok dari mereka
mengatakan apakah ada diantara kaum kalian yang hebat seperti fulan dan fulan serta yang lainnhya juga mengatakan
demikian. Mereka saling berbangga-bangga dengan pembesar pembesar mereka yang
masih hidup
dan punya kekuasaan.
Kemudian kelompok yang satu lagi
setelah mendengar kelompok
yang membanggakan diri tersebut mengajak kedua kelompok ke kuburan dan sesampainya
di kuburan mengatakan apakah ada di antara pembesar-pembesar kalian seperti si
Fulan?, sambil menunjukkan ke kuburan yang mengisyaratkan bahwa pembesar
ataupun orang yang hebatpun telah meninggal dunia dan kemudian yang lainnya
juga mengatakan demikian. Setelah itu, Allah SWT menurunkan surat at-Takaatsur
yang mengatakan: “Bermegah megahan telah membuat kalian lupa kepada hari
akhirat”. Dan apa yang kalian lihat itu telah membuat kamu mendapat pelajaran.
Keinginan manusia untuk
bermegah-megahan dan berbangga-bangga dengan harta dan anak serta kedudukannya,
ternyata tidak ada batas waktu bahkan ketika sudah tua pun manusia masih
mempunyai keinginan untuk itu dan tidak akan pernah berhenti. Hal itu sesuai
dengan hadist Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari Muslim yang berbunyi:
Artinya: Walaupun anak Adam
(manusia) sudah beruban (tua), akan tetapi, 2 (dua) hal atau keinginan yang
terus melekat pada dirinya yaitu kerakusan terhadap harta dan angan-angan yang
tinggi.
Fanatisme kelompok
Keinginan manusia untuk
berbangga-bangga ternyata tidak berhenti hanya pada masalah harta dan anak-anak
semata. Bahkan karena kuatnya keinginan untuk bermegah-megahan, manusia juga
saling berlomba-lomba untuk menjadikan kelompok mereka memperoleh posisi yang
lebih hebat dan lebih kuat dari yang lainnya. Hal ini sering disebut dengan
istilah fanatik terhadap kelompok.
Qatadah (ahli tafsir) dalam tafsir
Ibnu katsir, mengatakan bahwa manusia selalu mengatakan kelompok kami lebih
banyak dan lebih hebat dari kelompok lainnya. Kelompok kami lebih
diperhitungkan dan lebih berperan dari kelompok lainnya dan kamu lihat setiap
hari dan setiap kelompok selalu berusaha untuk saling menjatuhkan antara satu dengan
yang lainnya. Beliau bersumpah hal tersebut, akan terus terjadi dan tidak akan
pernah berhenti sehingga semua orang dimasukkan dalam kuburan atau mati.
Artinya selama manusia masih hidup di muka bumi, maka selama itu pula bermegah-megahan
dan berbangga-bangga serta saling menjatuhkan tidak akan pernah berhenti.
Kebanggaan tersebut tidak hanya
terjadi pada kelompok-kelompok organisasi biasa, akan tetapi, akan meluas efeknya,
pada kebanggaan dan persaingan antar partai politik dan juga kelompok sosial
serta organisasi keagamaan lainnya. Maka, kita sering mendengarkan di antara
politisi mengatakan bahwa partai kami lebih besar dari partai lain dan partai
kami lebih diperhitungkan dari partai lain. Sementara kelompok organisasi
masyarakat lainnya juga akan mengatakan hal yang sama. Demikian juga organisasi
keagamaan, maka salah satu anggota akan mengatakan kelompok pengajian kami
lebih hebat dan lebih banyak dari kelompok yang lain serta lebih diperhitungkan
dari yang lain.
Maka, untuk menghindari dan
menjauhinya, Allah SWT dalam al-Qur’an
surah at-Takaatsur ayat 3 dan 4 memberi peringatan kepada hambaNya: “jangan
demikian, kalian pasti akan mengetahui dan nanti pasti kamu akan mengetahuinya.
Maksudnya, Allah melarang manusia sibuk dengan mencari kehidupan dunia dan
melupakan kehidupan akhirat kemudian bermegah-megahan dengan dunia dan
berbangga-bangga dengan harta dan anak serta status sosial, karena nanti
setelah meninggal, kamu pasti akan tahu akibatnya dan pasti akan menyesal.
Setelah Allah SWT menerangkan tentang
akibat dari kebanggaan tersebut, kemudian mengajak hambanya untuk yakin kepada
hari akhirat dalam ayat 6 dan 7 serta 8, dengan mengatakan: “Jika kamu
mengetahui dengan yakin berdasarkan ilmu pengetahuan, maka niscaya kamu akan
melihat neraka Jahim”. Dan kemudian kamu akan melihat dengan mata kepala
sendiri nerka jahim serta kamu akan ditanya tentang nikmat-nikmat yang telah
diberikan kepadamu. Artinya kenapa
begitu banyak nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepadamu selama ini
bisa membuat kamu lalai untuk mengingat Allah SWT dan berbuat amal saleh untuk
kehidupan akhirat.
Penyebab
Dengki
Menurut Syech Shaleh Munajjid, dalam kitabnya Mufsidaatul Qulub, bermegah-megahan
dan berlomba-lomba serta berbangga-bangga dengan anak dan harta serta kedudukan
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan seseorang dengki kepada yang
lainnya. Hal ini terjadi, karena dengan adanya keinginan kuat untuk selalu mendapatkan
harta dan kekuasaan membuat seseorang akan mencari cara untuk mendapatkannya
dan ia akan melakukan segala cara untuk menggapainya bahkan harus dengan cara
dengki dan menjatuhkan orang lain. Maka, al-Qur’an, melalui surat at-Takatsur
memberi peringatan agar manusia tidak terjebak dengan bermegah-megahan dan
berbangga-bangga dengan harta, anak serta kedudukan yang akan menyebabkan
seseorang akan mendhalimi dan berbuat dengki kepada orang lain.