
![]() |
Abuya Habibie Waly, S.Th (Wakil Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman) |
Tidak ada teladan terbaik dalam
kehidupan ini selain Rasulullah SAW. Beliau adalah manusia pilihan Allah, yang
akhlaknya menjadi cerminan dari isi Al-Qur’an. Apa yang terkandung dalam wahyu,
beliau bukan hanya menyampaikannya, tetapi juga mempraktikkannya secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, seluruh aspek kehidupan Rasulullah
SAW merupakan contoh sempurna yang dapat dijadikan pedoman oleh umat Islam
sepanjang zaman.
Sejarah mencatat, jauh sebelum
beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul, masyarakat Mekah telah menjulukinya dengan
sebutan Al-Amin, yang berarti orang yang terpercaya. Gelar itu tidak diberikan
secara sembarangan, melainkan lahir dari pengakuan masyarakat atas integritas,
kejujuran, dan keluhuran budi pekerti Rasulullah SAW. Bahkan orang-orang yang
memusuhinya sekalipun tetap menitipkan harta mereka kepada beliau, karena
mereka yakin Nabi Muhammad SAW tidak pernah berkhianat.
Rasulullah SAW sendiri menegaskan
dalam sebuah hadis: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia.” (HR. Ahmad). Hal ini menunjukkan bahwa inti dari risalah Islam
adalah pembinaan akhlak. Segala ibadah yang kita lakukan, baik salat, puasa,
zakat, maupun haji, pada hakikatnya bertujuan melahirkan akhlak yang baik dalam
diri setiap muslim.
Rasulullah SAW adalah teladan
kesabaran dan ketabahan. Ketika beliau menghadapi penolakan dan kekerasan dari penduduk
Thaif, beliau tidak membalas dengan kemarahan. Padahal malaikat menawarkan
untuk membinasakan mereka. Namun Rasulullah SAW justru berdoa: “Ya Allah,
berikanlah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui.” Inilah
bukti kasih sayang beliau, bahkan kepada orang yang menyakitinya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah
SAW adalah suami yang penuh kelembutan. Beliau membantu pekerjaan istrinya di
rumah, berbicara dengan kata-kata yang santun, serta menghargai perasaan
keluarganya. Terhadap anak-anak, beliau mencontohkan kasih sayang yang luar
biasa, sering menggendong, mencium, dan mendoakan mereka. Kepada sahabat-sahabatnya,
beliau berlaku adil, rendah hati, dan tidak pernah membeda-bedakan antara yang
kaya dan miskin.
Rasulullah SAW bersabda: “Orang
yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi). Hadis ini mengingatkan kita bahwa kedekatan dengan Nabi bukan
ditentukan oleh banyaknya harta, kedudukan, ataupun gelar, melainkan oleh
keluhuran akhlak. Semakin baik akhlak kita, semakin besar pula peluang untuk
mendapat syafaat Rasulullah SAW di hari akhir.
Allah SWT pun memuji beliau dalam
firman-Nya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Ayat ini menjadi bukti bahwa kepribadian Nabi
Muhammad SAW adalah standar tertinggi akhlak manusia.
Di tengah zaman yang penuh dengan
krisis moral seperti sekarang, umat Islam sangat membutuhkan teladan nyata.
Banyak orang pandai berbicara tentang kebaikan, tetapi perilakunya jauh dari
nilai-nilai Islam. Karena itu, mari kita mulai meneladani Rasulullah SAW dalam
kehidupan sehari-hari, dari hal-hal kecil: berkata jujur, menghormati orang
tua, menyayangi sesama, menjaga lisan agar tidak menyakiti orang lain, bersabar
dalam menghadapi cobaan, dan memaafkan kesalahan orang lain.
Apabila akhlak Rasulullah SAW
benar-benar kita teladani dalam setiap aspek kehidupan, insya Allah kita akan
menjadi umat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Akhlak mulia akan menghadirkan
kedamaian, mempererat persaudaraan, serta menumbuhkan kasih sayang dan keadilan
di tengah masyarakat. Sebagaimana Rasulullah SAW diutus sebagai rahmat bagi
seluruh alam, maka kita pun dituntut menjadi pembawa rahmat di lingkungan
masing-masing, baik dalam keluarga, maupun dalam kehidupan berbangsa. Semoga
beliau senan-tiasa menjadi panutan utama, sehingga hidup kita diberkahi Allah
SWT dunia dan akhirat.